Di suatu petang, dalam perjalanan pulang, di atas motor yang saya pacu lumayan kencang, pikiran saya menerawang mengingat kejadian di siang harinya.
Sebelum zhuhur, saya ditepon seorang teman bahwa dia sudah tiba di lingkungan kantor saya, dan selepas sholat zhuhur kami akan bertemu. Dalam hati saya senang sekali, karena dia datang tidak dengan tangan hampa, tapi ada oleh-oleh yang dibawanya. Hari ini saya akan dapat rezeki.
Selesai sholat segera saya keluar masjid dan menemui dirinya yang memang sudah menunggu. Begitu bertemu, dia langsung memberikan oleh-oleh kepada saya. Melihat kantong bawaannya cukup besar, saya berpikir bahwa isinya juga banyak. Bakal kenyang perut saya siang ini, begitu pikir saya. Tapi sebelumnya saya sudah beli makan untuk saya santap siang ini. Sayang juga, begitu kelanjutan pikiran saya.
Kami berbicara tidak lama, karena ia ada keperluan lain yang mendesak. Namun sebelum pergi, ia memberitahukan sebuah kabar bahwa seorang temannya mengalami musibah. Dompet dan HP hilang kecopetan dalam sebuah perjalanan.
Setelah pertemuan dengan teman saya itu, saya membawa kantong berisi makanan itu ke ruangan saya. Karena bawaan teman saya cukup banyak, teman-teman saya ikut juga merasakan nikmatnya oleh-oleh dari teman saya itu. Selagi saya dan teman-teman menikmati lezatnya oleh-oleh tersebut, teman saya yang lain datang. Sambil senyum-senyum dia memberitahukan bahwa sandalnya hilang. Dan saya memang melihat bahwa dikakinya menempel sandal berwarna biru yang masih bersih. Saya tersenyum dan menggodanya. Tak lama kemudian dia pun ikut menikmati apa yang sedang kami santap.
Masih di dalam perjalanan, ada sebuah pikiran yang terbersit. Saya harus bersyukur bahwa hari ini saya mendapat rezeki, sedangkan teman seruangan saya hari ini kehilangan sandal jepitnya. Sesaat kemudian saya juga berpikir, mungkin teman seruangan saya itu juga akan bersyukur bila mengetahui bahwa dia hanya kehilangan sepasang sandal jepit yang tidak seberapa mahal harganya, sedangkan teman saya yang lain kehilangan dompet beserta isinya dan hp. Kemudian saya berpikir, bahwa teman yang kehilangan dempet dan hp juga akan bersyukur, bila dirinya membandingkan dengan saudara-saudara kita yang meninggal karena kecelakaan pesawat di Polonia sana.
Pada suatu hari di tahun yang lalu, adik saya minta dijemput seusai jam kantor. Jalan-jalan di Jakarta tak pernah lepas dari kemacetan pada jam-jam pulang kantor. Saya pun terpaksa berkelit di antara kendaraan-kendaraan lain yang merambat pelan. Setelah menjemput adik saya, kembali saya memacu motor saya untuk kembali ke rumah. Karena jalan masih macet dan waktu maghrib sudah tiba, akhirnya saya memutuskan untuk mampir ke masjid untuk sholat.
Setelah selesai sholat, saya mendapati bahwa sepatu yang saya letakan di belakang pintu pagar masjid sudah tiada. Hilang. Untunglah saya membawa sandal, jadinya saya tidak 'nyeker' di atas motor.
Sesampai saya di rumah dan menceritakan apa yang saya alami, ibu saya berucap, "Untung sepatu yang ilang, bukan motor, orangnye juge gak kenape-nape."
Ya, saya masih beruntung, dan itu patut disyukuri. Keadaan itu juga membuat saya lebih berhati-hati terhadap apa yang saya miliki.
Saya teringat sebuah kisah Kabayan, ketika dia pulang ke rumah dengan mobilnya. Setelah sampai di rumah, dia pun memarkir mobil di pinggir jalan dan langsung masuk ke dalam rumah. Setelah beberapa lama, dia pun keluar rumah untuk pergi lagi. Namun betapa terkejut dirinya ketika mendapati bahwa mobilnya sudah hilang. Tapi dia dia mengumpat atau mengeluarkan sumpah -serapah kepada pencuri yang membawa mobilnya. Dia hanya berkata, "Untung saya tidak berada di mobil itu, kalau saya masih di dalam mobil, diri saya pasti akan hilang juga."
---oo0oo---
Mungkin suatu hari, hati saya bisa tersenyum ketika melihat sebuah sandal jepit dengan corak bunga-bunga berada di tepi masjid. Dan menerima kenyataan bahwa sandal jepit itu rupanya sudah berpindah kaki. Sandal itu bisa memberikan manfaat bagi orang lain, melindungi tapak kakinya dari debu dan kotoran.
Bila saya tak mau kehilangan lagi, maka saya harus lebih hati-hati menjaga apa yang saya miliki sebagai rasa syukur. Sedangkan yang hilang tak usahlah terus dikenang. Mudah-mudahan saya tak lagi kehilangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar