Jumat, 15 April 2011

Adik Mengalami Kesulitan Belajar

Assalamu'alaikum Wr Wb

Sebelumnya saya minta maaaf jika telah menyita waktu ibu. Saya punya adik perempuan, berusia 11 tahun, sekarang duduk di kelas enam SD. Dalam sekolahnya, prestasinya biasa-biasa saja bahkan (maaf) cenderung buruk. Sering terdapat nilai merah di rapornya. Tidak ada minat sama sekali untuk membaca, bahkan komik sekalipun. Dan ia jarang ada minat untuk belajar. Kalaupun belajar, ia harus ditemani orang yang dipilihnya. Ketika belajar, ia kadang mampu untuk menjawab setelah diberikan contoh soal. Namun, ketika di sekolah diberikan pertanyaan yang sama, ia tidak bisa menjawab.

Selain itu, dalam pergaulan (bila bertemu orang yang baru dikenal) ia cenderung minder dan sangat pemalu. Berbagai metode sudah kami coba, dan ketika belajar kami usahakan hatinya senyaman mungkin. Bagaimana saya mengatasi hal tersebut, mengingat sebentar lagi ia akan menginjak bangku SLTP. Sebagai tambahan informasi, ia lahir dari keluarga broken home dan selama ini ikut saudara. Saudara saya sangat baik meskipun terkadang cenderung keras. Demikian dan atas jawaban yang diberikan, saya ucapkan Jazakillah Khair.

Wassalamu'alaikum Wr Wb

Abdillah


Jawaban :

Assalammu'alaikum wr.wb.

Saudara Abdillah yang penyabar,
Kesulitan adik anda untuk belajar di sekolah saat ini tentu membuat anda khawatir. Apalagi sebentar lagi ia akan masuk SLTP, selain tingkat pelajaran yang akan dikuasai lebih sulit, juga tantangan sebagai remaja bisa jadi semakin memperburuk prestasinya di sekolah. Banyak faktor yang dapat membuat anak tidak berprestasi baik di sekolah atau mengalami kesulitan dalam belajar. Dan melihat riwayat keluarga yang "broken home" kemungkinan besar turut berperan juga dalam mempengaruhi prestasi dan sifat minder yang dimilikinya.

Mengenai kesulitannya dalam belajar rasanya memang perlu diidentifikasi lebih jauh apakah penyebabnya faktor psikologis semata atau ada juga faktor fisiknya. Faktor psikologis seperti konflik yang berkepanjangan di rumah, perceraian biasanya memang bisa membuat anak tidak termotivasi untuk belajar sehingga prestasinya tidak sesuai dengan kemampuan yang sesungguhnya. Sedangkan faktor fisik atau fisiologis seperti kurang mampu mendengar dengan baik atau kesulitan dalam melihat juga perlu diperhatikan. Termasuk kecerdasan anak juga mempengaruhi daya tangkapnya di kelas.

Disamping itu kesulitan belajar juga bisa disebabkan oleh kelainan khusus seperti disleksia (tidak mampu membaca), dan lain-lain. Jika anak memang penderita lemah belajar seperti itu maka perlu diterapi secara khusus agar bisa diatasi. Dan untuk mengetahui bahwa anak penderita lemah belajar atau tidak maka bisa dilakukan tes secara awam atau profesional. Tes awamnya bisa meminta anak membaca, berhitung atau mempelajari sesuatu langsung tulisan di depan kita kemudian kita bisa memperkirakan apakah kemampuannya sesuai dengan anak seusianya. Dan yang lebih akurat yaitu secara profesional dibawa ke psikolog atau psikiater untuk diberikan tes khusus kesulitan belajar.

Dan jika adik memang mengalami kesulitan dalam belajar kemungkinan juga bisa mempengaruhi konsep dirinya. Ia menjadi tidak percaya diri sehingga malu atau minder terhadap orang lain. Oleh karena itu hal tersebut memang harus segera diatasi. Apalagi adik anda sudah mulai beranjak remaja, kepribadian yang rentan akan sangat berbahaya untuk terpengaruh pada lingkungan pergaulan yang buruk di masa remajanya. Semoga anda dapat segera membantu adik mengatasi permasalahannya.

Wallahu a'lam bish-shawab, Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakatuh.

Jangan Sampai Salah Memilih Pasangan Hidup

Kebimbangan itulah perasaan yang sering muncul di hati para lajang tatkala harus memutuskan dengan siapa ia akan menikah. Perasaan ini wajar muncul, karena keputusan menikah adalah keputusan besar yang akan mempengaruhi jalan hidup seseorang, karenanya mereka akan berhati-hati dalam menentukan calon pendamping hidupnya.

Kebimbangan semacam ini juga dirasakan Annisa, wanita berusia 24 tahun yang kebetulan berparas cantik. Sebagai muslimah ia sudah merasa jengah dengan para lelaki yang mencoba mendekatinya. Baginya hanya ada satu solusi, menikah. Tapi ia jadi bingung pria mana yang harus ia terima pinangannya. Di mata Annisa setiap pria yang mencoba mendekatinya memiliki kekurangan. Kini Annisa jadi bertanya dalam hati sebenarnya syarat apa saja sih yang mesti ia tetapkan untuk calon pendampingnya kelak?.

Tak ada gading yang tak retak, begitu yang dikatakan pepatah untuk mengungkapkan sebenarnya tidak ada orang yang sempurna. Setiap orang pasti memiliki kekurangan, namun sesungguhnya ada kualitas kepribadian dasar yang harus kita dan calon pasangan kita miliki agar dapat membina mahligai rumah tangga yang bahagia. Kualitas pribadi tersebut antara lain:

Kualitas Keberagamaan
Agama merupakan keyakinan yang mempengaruhi hati, fikiran perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga orang yang mempunyai pemahaman serta pengalaman agamanya yang baik akan sangat terbantu dalam mengatasi berbagai masalah. Kondisi ini pada akhirnya akan mempengaruhi kebahagiaan dan kelanggengan sebuah perkawinan.

Memiliki Komitmen Untuk Mengembangkan Diri
Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya msing-masing. Namun setiap orang juga memiliki kesempatan untuk berkembang. Penting bagi kita untuk memiliki komitmen pengembangan pribadi ini, yaitu bagaimana seseorang memahami kekurangan yang ada, belajar dari kesalahan dan mau mendengarkan nasihat orang lain. Semua hal tersebut bermuara pada bagaimana ia membangun dan mengembangan dirinya agar menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih bijak.

Keterbukaan Emosional
Artinya adalah orang yang memiliki perasaan, mengetahui apa yang sedang dirasakan, mau berbagi perasaan dengan pasangannya dan mengetahui cara mengungkapkan perasaan. Keterbukaan Emosional menjadi modal penting dalam membangun komunikasi dengan pasangan kita, sedangkan komunikasi yang baik adalah modal penting dalam membangun rumah tangga harmonis.

Memiliki Integritas
Setiap orang mendambakan calon pasangan yang mempunyai integritas diri. Kita menginginkan orang yang, jujur, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, dalam hal ini terutama dengan pasangannya, kita juga ingin calon pasangan kita adalah orang yang tidak main-main dalam mengambil keputusan yang mempengaruhi masa depannya. Itulah makna integritas diri.

Kematangan dan Tanggung Jawab

Memiliki kematangaan berarti ia bisa mengurus dirinya sendiri, tahu mana yang baik/buruk buat dirinya. Sedangkan bertanggung jawab berarti dia memahami langkah yang dia ambil beserta resiko-resiko yang mungkin dihadapi.

Memiliki Harga Diri
Ingatlah agar seseorang bisa mencintai ia harus cinta pada dirinya sendiri. Karena itu lihatlah bagaimana cintanya ia pada dirinya sendiri. Kalau ia sendiri tidak mencintai dirinya, bagaimana mungkin ia bisa mencintai pasangannya?

Sikap Positif Terhadap Kehidupan
Mereka yang memiliki sikap hidup positif akan berusaha mengubah segala kendala menjadi peluang, dan biasanya percaya bahwa segalanya akan bisa menjadi baik.

Itu semua kualitas ideal yang perlu dimiliki oeleh calon pasangan kita dan diri kita sendiri pada saat kita akan menikah. Namun situasi yang dihadapai Annisa atau situasi yang sejenis dengan itu, sering membuat kita tidak bisa berfikir jernih. Karena itu adalah hal-hal yang harus kita waspadai agar tidak salah paham dalam memilih pasangan. Hal-hal seperti ini mungkin akan membantu kita :

1. Jangan terlalu cepat memutuskan untuk menikah dengan si dia

Sediakan waktu yang cukup untuk memperoleh informasi yang memadai tentang calon pasangan anda tersebut. Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dari calon pasangan hidup kita itu:

a. Latar Belakang Kehidupan.
- Nasab/latar belakang keturunan mencakup hubungan keluarga asal, apakah berasal dari keluarga utuh, harmonis, atau broken home. Termasuk bentuk hubungan dengan saudara kandung

- Agama, norma-norma atau nilai-nilai status sosial ekonomi, suku, tradisi budaya keluarga asal.

- Adakah penyakit keturunan yang berhubungan dengan faktor genetic.

b. Masalah yang berkaitan dengan kualitas diri
- Kualitas Dien
- Akhlaq
- Tipe kepribadian (tertutup/terbuka, pendiam, periang, emosional, sabar)
- Pendidikan, kapasitas intelektual, profesi.
- Latar belakang organisasi, aktivitas sosial.
- Kemampuan problem solving
- Kepercayaan diri.

2. Jangan menikah di usia yang belum matang secara pribadi
Siap menikah berarti siap menghadapai masalah yang semuanya menuntut kedewasaan berfikir dan bersikap. Kedewasaan ini tidak bisa di ukur dengan usianya lebih dewasa dibanding mereka yang lebih tua.

Kedewasaan juga mempengaruhi dalam kita menentukan pilihan calon pasangan kita. Mereka yang kurang matang cenderung hanya terpukau pada hal-hal yang bersifat luaran saja.

3. Jangan memilih pasangan hanya untuk menyenangkan orang lain
Andalah orang yang beruntung atau yang menderita dengan pernikahan anda. Kalau pun ada faktor orang lain dalam mempertemukan antara anda dengan si dia pastikan bahwa anda sendirilah yang memutuskan bahwa dialah yang memang terbaik buat anda (tentunya beristiqarah terlebih dahulu).

4. Jangan menikah dengan harapan-harapan yang tidak realistis
Biasanya niatan awal menikah mempengaruhi masalah-masalah apa yang akan mendominasi selama kehidupan perkawinan. Kepuasan dalam kehidupan perkawinan dan terhadap tolak ukurnya berada pada harapan tersebut. Bila tidak terpenuhi akan menimbulkan kekecewaan.

5. Jangan menikah dengan seseorang yang memilki masalah kepribadian
Berhati-hatilah terhadap orang yang memiliki kepribadian yang sulit untuk dirubah, diperlukan pengertian dan lapang dada yang luar biasa untuk menghadapi orang seperti ini. Pada dasarnya setiap orang memiliki perilaku bermasalah, namun yang perlu menjadi perhatian adalah bagaimana kadar, intensitas dan frekwensinya seseorang yang masuk dalam kategori mengalami masalah kepribadian adalah bila memiliki prilaku bermasalah yang mendominasi keseharian dan mempengaruhi adaptasinya dengan orang lain. Biasanya orang seperti ini sering membuat orang lain atau dirinya sendiri merasa terganggu dan tidak nyaman dengan perilakunya.

Inna Mutmainnah, S.Psi.
Sumber: Majalah Safina No. 2/Th.1


sumber : eramuslim.com

Kalung Yang Diberkati

Jabir bin Abdullah Al-Anshari bercerita: ”Rasulullah saw melakukan shalat Ashar bersama kami. Ketika telah selesai beliau duduk di arah kiblat, dan orang-orang berada di sekitarnya. Tiba-tiba, datang seorang tua dari kalngan orang Arab yang hijrah. Ia memakai kain yang lusuh, dan hampir tidak dapat menahan diri karena tuanya dan lemahnya. Maka Rasulullah mendekatinya dan menanyakan kabarnya. Orang tua itu berkata,

“Wahai Nabi Allah, saya sedang lapar, berilah saya makan. Saya tidak berpakaian, berilah saya pakaian. Saya orang miskin, bantulah saya.”

Maka Rasulullah berkata kepadanya, “Aku tidak memiliki apa-apa untukmu. Tetapi orang yang menunjukkan kepada kebaikan sama dengan orang yang melakukannya. Karena itu, pergilah ke tempat orang yang mencintai dan dirintai Allah dan Rasul-Nya dan mendahulukan Allah atas dirinya sendiri. Pergilah ke tempat Fatimah.” (Rumah Fatimah berhampiran dengan rumah pribadi Rasulullah, tempat beliau tinggal seorang diri dan terpisah dari istri-istrinya). Kemudian beliau berkata, “Wahai Bilal,bangunlah dan antarkan dia ke rumah Fatimah.”

Pergilah orang itu bersama Bilal. Ketika sampai di depan pintu Fatimah, ia menyapa dengan suara yang sangat keras, “Assalamu’alaikum, wahai Penghuni Rumah Kenabian (Ahlu Bait An-Nubuwwah).”

“Alaikas-salam. Salam Anda?” tanya Fatimah.

Yang ditanya menjawab, “Saya seorang Arab yang sudah tua. Saya telah menghadap ayahmu, pemimpin yang memberi kabar gembira, karena suatu kesulitan. Wahai Putri Muhammad, saya tidak mempunyai pakaian dan dalam keadaan lapar. Maka tolonglah aku, semoga Allah menyayangimu.”

Saat itu, Fatimah dan Ali, juga Rasulullah mengetahui kondisi mereka berdua. Maka Fatimah mengambil kulit domba yang telah disamak yang dipakai sebagai alas tidur oleh Hasan dan Husain, lalu ia berkata kepada orang itu,

“Ambillah ini, wahai orang yang mengetuk. Semoga Allah memberimu yang lebih baik daripada ini.”

Orang itu berkata lagi: “Wahai Putri Muhammad, aku mengadu kepadamu bahwa aku lapar, tapi kamu memberiku kulit domba. Aku tidak dapat melakukan apa-apa dengannya. Dengan apa aku menghilangkan rasa lapar?”

Ketika mendengar perkataannya itu, Fatimah mengambil kalung yang ada di lehernya yang dihadiahkan Fatimah binti Hamzah bin Abdul Muthalib. Ia memutuskannya dari lehernya dan memberikannya kepada orang itu sambil berkata,

“Ambilllah ini dan juallah. Mudah-mudahan Allah akan memberikan ganti untukmu yang lebih baik daripadanya.” Orang Arab itu mengambilnya dan pergi ke masjid Rasulullah. Saat itu, Nabi sedang duduk bersama sahabat-sahabatnya. Orang itu berkata, “Wahai Rasulullah, Fatimah telah memberiku kalung ini dan mengatakan, ‘Juallah kalung ini, mudah-mudahan Allah akan membantumu.’

Maka menangislah Nabi saw. Belaiu berkata, “Bagaimana Allah tidak akan membantumu? Kamu telah diberi oleh Fatimah putri Muhammad, pemimpin putri manusia.” Maka bangunlah Ammar bin Yasir, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, apakah engkau mengijinkan aku untuk membeli kalung ini?”

“Belilah, wahai Ammar,” Jawab Rasulullah.

“Berapa harga kalung ini, wahai orang Arab?” tanya Ammar kepada orang tua itu.

“Seharga roti dan daging yang mengenyangkan, burdah (kain) Yaman yang akan aku gunakan untuk menutupi auratku dan untuk shalat, serta uang dinar yang akan mengantarku pulang ke tempat keluargaku.” Jawab orang itu. Sebelumnya, Ammar telah menjual semua bagian yang diberikan Rasulullah dari Khaibar kepadanya dan tidak ada lagi sisanya. Ia pun berkata kepada orang itu,

“Untuk engkau 20 dinar dan 200 dirham, kain Yaman dan untaku yang dapat menyampaikanmu ke tempat keluargamu, ditambah roti dan daging yang mengenyangkanmu.”

“Alangkah pemurahnya engkau, wahai laki-laki.” Pergilah Ammar bersama orang itu, untuk melaksanakan transaksi yang telah disepakati itu. Kemudian orang itu kembali ke tempat Rasulullah.

“Apakah kamu telah kenyang dan telah mempunyai pakaian?” tanya Rasulullah kepadanya

“Ya, bahkan aku telah menjadi kaya.” Jawabnya.

Rasulullah berkata, “Berilah balasan kepada Fatimah atas apa yang telah dilakukannya."

Orang itu pun berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Tuhan Yang kami tidak mencari lagi selain Engkau. Engkaulah yang memberi rizki kepada kami di setiap tempat. Ya Allah, berilah Fatimah sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga.”

Nabi saw mengaminkan doanya. Beliau lalu mendatangi sahabat-sahabatnya dan berkata,

“Sesungguhnya Allah telah memberikan itu kepada Fatimah di dunia. Aku adalah ayahnya, dan tidak ada seorang pun di seluruh alam yang seperti aku. Ali suaminya; seandainya tidak ada Ali maka tidak ada yang sepadan baginya selamanya. Allah juga telah memberinya Hasan dan Husain. Tidak ada di seluruh alam yang seperti mereka berdua. Mereka adalah pemimpin cucu para nabi dan pemimpin para pemuda ahli surga.”

Ammar kemudian mengharumkan kalung yang dibelinya tadi dengan minyak musik dan membungkusnya dengan kain Yaman. Ia mempunyai seorang budak bernama Sahm, yang ia beli dengan saham (bagian) yang ia peroleh di Khaibar. Ammar memberikan kalung itu kepadanya seraya berkata,

“Ambillah kalung ini lalu berikanlah kepada Rasulullah, dan engkau pun menjadi miliknya.” Budak itu pun mengambil kalung itu. Ia membawanya kepada Rasulullah dan memberitahukan kepada beliau apa yang dikatakan Ammar.

Maka Nabi berkata kepadanya, “Pergilah ke tempat Fatimah lalu berikanlah kalung itu kepadanya, dan engkau pun menjadi miliknya.” Budak itu datang kepada Fatimah sambil membawa kalung itu dan memberitahukan kepadanya apa yang dikatakan oleh Rasulullah. Fatimah mengambil kalung itu dan memerdekana si budak. Mantan budak itu lalu tertawa.

“Apa yang membuatmu tertawa, nak?” tanya Fatimah.

Ia menjawab: “Yang membuatku tertawa adalah betapa besarnya berkah kalung ini. Ia mengenyangkan orang yang lapar, memakaikan pakaian pada orang yang tidak berpakaian, mengayakan orang miskin, memerdekakan budak dan kemudian kembali lagi ke pemiliknya.”

Demikian kisah kalung Fatimah.
Semoga membawa hikmah bagi kita semua.


kafemuslimah.com

Kuntum-kuntum Bunga Dunia : Episode Bunga Matahari

Karena cinta aku menuliskannya untuk mu, mungkin juga untukku sendiri. Sebagai pengingat atau teman merenung.

Hari ini aku melihat bunga matahari dihalaman rumah tetanggaku. Anak-anak sekolah menyempatkan menyentuhnya, adikku bahkan meminta bijinya untuk ditanam di kebun belakang rumah kami.

Dan aku? Aku menikmatinya dari dalam rumahku. Adikku berteriak penuh kekaguman ,”lihat! Dia selalu mengikuti arah matahari!” Ya! Tentu saja, batinku. Namanya juga bunga matahari. Tapi mungkin juga sebagian menamainya begitu karena warnanya yang kuning cerah, bulat menyerupai benda langit, sentral planet raya : MATAHARI

Bunga itu menjadi inspirasiku, menuliskannya untuk kalian. Bunga matahri itu selalu mengikuti arah matahari. Dia begitu ikhlas berputar dan menghadapkan wajahnya kesana.

Saat matahari mulai tenggelam, senja datang dan bunga mataharipun merunduk, seolah dia berkata; “kemana matahariku? Aku hilang arah” . Saudariku, muslimah yang tercinta, pernahkah kau merasakan suasana senja hari? Saat matahari mulai tenggelam dan langit kemerahan?

Kalau aku, kadang dikala senja datang, ada sebuah kesedihan yang tiba-tiba menyergap, ada suasana sedih, takut (apalagi bila aku masih di perjalanan, menunggu bus, atau berjalan saat maghrib, belum sampai dirumah ada perasaan yang tidak mengenakkan). Ah, mungkin itulah mengapa kita diajarkan oleh Rasulullah untuk berdo’a dan banyak berdzikir di sore hari.

Kembali pada bunga matahari. Mungkin dia juga merasakan seperti yang kurasakan saat matahari tenggelam, ya? Saudariku, tidakkah kau tau dan merasakan bahwa bunga matahari itu seperti manusia? Manusia diciptakan untuk mengikuti apa yang diyakininya. Semestinya kita menjadikan Qur’an seperti matahari, dimana disana terkumpul tuntunan, pedoman, dan pancaran kasih sayang Allah. Betapa Allah menurunkan Qur’an seperti matahari yang menerangi bumi. Menjadi petunjuk manusia dalam kehidupannya.

Kita semestinya mengikuti Qur’an kemanapun ia membawa kita, menuruti apa yang Allah tunjukkan. Mengatakan ‘tidak’ terhadap apa yang Allah, Rasul ,Qur’an tuntunkan dan menjadikannya petunjuk bagi hati nurani kita. Mengatakan ‘ya’ dan tanpa malau, ragu atau menawar-nawar perintah Qur’an. Ah…………saudariku, bilakah kita menjadikan Qur’an satu-satunya matahari dalam kehidupan kita?

Bila tidak demikian, Saat kita tak lagi menjadikan Qur’an sebagai matahari, mengingkarinya, menjauhkan diri kita darinya, mengalihkan wajah kita darinya, mengingkari bisikan nurani untuk mengikutnya……Maka kita seperti bunga matahari yang kehilangan mataharinya (maka, apa dia bisa dinamai ‘bunga matahari’ lagi? Sedang ia tak lagi mengikuti matahari, atau kehilangan mataharinya).

Saudariku, kitalah bunga-bunga matahari itu yang beredar dan menundukkan diri dibawah Qur’an, yang menjadikan kita terang, hidup, menjadi penuntun agar kita tetap menjadi makhluk terbaik dan pantas mendapat predikat umat terbaik.

Saudariku, aku ingin kita mengihiasi dunia, dan saat kita menjadi orang-orang yang mengikuti Qur’an, niscaya kita akan menjadi orang-orang yang mengagumkan! Tanpa harus mengagumi diri sendiri. Kita akan mulia tanpa harus mendapik diri sebagai orang yang mulia. Seperti manusia yang mengagumi bunga matahari, satu bunga dari taman bumi.

Robiah Al-adawiyah
mhs FH Univ Sebelas Maret (UNS) , Pengurus FLP Solo
r_aladawiyah@yahoo.com


kafemuslimah.com

Kuntum-kuntum Bunga Dunia : Episode Bunga Mawar

Saudariku, meskipun aku tak begitu suka dengan bunga. Tapi aku suka mengamati dan membuat pemaknaan-pemaknaan tentangnya. Sebab, bukankah kita dituntunkan untuk bertafakkur terhadap penciptaan Allah?

Dialog Satu Arah
Aku sudah menceritakan tentang bunga matahari beberapa waktu yang lalu (jika kalian sempat membaca tulisanku sebelumnya). Gambaran seseorang taat, seseorang yang berpegang teguh terhadap apa yang dianggapnya benar, apa yang menjadi prinsipnya. (setidaknya menurut pemaknaanku)

Saudariku, pasti kau tahu bunga mawar. Bunga yang sering menjadi lambang dari cinta, romantisme, bunga yang warnanya tegas, jika ia berwarna merah, maka ia akan berwarna merah darah, pekat! Jika ia putih, ia pun berwarna putih yang teguh, suci. Jarang mawar berwarna merah muda, meskipun mungkin ada.

Bunga mawar beraroma harum, kelopak-kelopaknya begitu tertata, banyak, dan melindungi benang sarinya dengan seksama. Mawar juga tidak mudah menggugurkan mahkota-mahkota bunganya, aku membuktikannya, betapa mawar tetap bermahkota dan berkelopak meskipun mungkin bila ia dipetik dengan tangkainya dan ia diletakkan tanpa air, ia mungkin layu, tapi mahkotanya tidak gugur!

Bunga itu masih lagi dilindungi kelopaknya yang tak kalah teguh. Bukan itu saja! Kau tahu, saudariku? Mawar begitu sulit terjangkau! Ya! Kita harus berhati-hati memetiknya sebab tangkainya yang meskipun kecil namun kokoh itu berduri.

Begitulah. Setiap bagian dari mawar sempat kuamati. Setiap bagian bunganya begitu mantap dan teguh, selain bentuknya yang indah dan baunya yang harum. Mawar begitu mempesona.

Mawar begitu misterius, elegan . Bentuk dan aromanya yang mempesona, semua membuat orang ingin menikmatinya, memetiknya, memilikinya. Tapi, ternyata tidak mudah mendapatkannya. Untuk memetiknya kita harus berhati-hati agar durinya tidak melukai. Tidak sembarangan kita bisa sambil lalu memtiknya, bila kita tidak ingin ’diserang’ oleh durinya. Tangkainya juga tidak mudah dipatahkan. Bila kalian pernah mengalami, kita harus menggunakan alat (gunting, pisau) untuk memotongnya. Iya kan?

Hmmmmmm………. Begitulah. Mawar. Kau tau saudariku, bahwa ada wanita-wanita seperti mawar. Tapi, mungkin tidak banyak. Dan seorang muslimah yang seperti mawar??? Wah tentu lebih sedikit lagi.

Aku tidak sedang membicarakan kecantikan fisik, meskipun jika itu ada dalam diri seseorang, kita tak bisa menyangkal untuk memujinya.

Wanita atau muslimah yang seperti mawar, begitu enak dipandang. Kecantikannya terpancar dari sebuah ketguhan yang dalam. Kalaupun dia memang dianugerahi kecantikan fisik oleh Allah, dia akan semakin cantik. Kalupun secara fisik dia tidak tergolong ‘begitu cantik’ namun dia memancarkan kecantikan yang lain. Kecantikan yang membawanya pada sebuah derajat yang begitu tinggi. Elegan.

Wanita yang seperti bunga mawar memiliki keteguhan prinsip, dia mengerti setiap detil dari dirinya begitu berharga, untuk itulah dia menjaganya, melindunginya dengan seksama. Lihat betapa banyak ‘senjata’ yang dimiliki mawar untuk melindungi putik dan benang sarinya. Itulah , perempuan apalagi perempuan Islam, dituntunkan untuk selalu menjaga dirinya, karena setiap bagian jasad, ruh dan akalnya memiliki potensi keindahan.

Wanita atau perempuan yang berkarakter mawar juga sangat teguh pendiriannya. Dia tidak mudah meluruhkan harga dirinya untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan jalan perinsipnya. Lihat, betapa mawar tidak mudah menggugurkan mahkota bunganya meskipun ia layu. Perempuan-perempuan seteguh mawar tidak akan meluruhkan kehormatannya. Dia akan menjaganya meskipun ia harus berjuang untuk itu. Keadaan tidak membuatnya cengeng.

Satu lagi, saudariku. Mawar tidak mudah dipetik. Perempuan-perempuan yang teguh dan meneguhkan, cerdas dan mencerdaskan, baik dan memperbaiki akan memancarkan banyak energi. Semua orang tahu bahwa dia memiliki banayak pesona. Namun pesona itu tidak membuatnya pongah. Pun begitu, perempuan-perempuan berkarakter mawar selalu memancarkan keramahan, kebaikan. Tapi untuk mendapatkannya? Nanti dulu! Bukan jual mahal, tapi ia memiliki izzah (harga diri, kehormatan, rasa PD, bangga bukan karena dirinya tapi ‘bangga’ karena ia memegang teguh Islam dan segala peraturannya).

Pesona mawar membuat orang tidak berani mempermainkannya. Pesona karakter ‘mawar’ akan menyeleksi siapa yang beruntung mendapatkannya dengan cara yang baik, bukan menyerobot apalagi memetiknya dengan paksa! Sebab jika itu dilakukan, Sang Mawar akan melukai tangan pemetiknya yang kasar dan tidak beradab, iya kan?

Maka, siapapun yang ingin memetik mawar-mawar muslimah itu, ia haruslah seorang yang memiliki keteguhan dan daya juang! Ia harus meminta mawar-mawar muslimah itu dari pemiliknya. Siapa pemiliknya? Sang pencinta mawar itu dan pemilik kebun mawar yang sejak kecil merawat dan menjaga Sang mawar agar tumbuh menjadi muslimah yang teguh.

Bagaimana? Jika kalian baca tulisanku ini dan kalian seorang perempuan, muslimah, semoga kalian bergegas untuk menjadi kuntum mawar terindah di kebun rumah orang tua kalian. Jika kalian seorang laki-laki, seorang muslim, dan sedang ‘mengagumi’ salah satu kuntum mawar itu, bersiaplah untuk menjadi pemetiknya yang ‘sekufu’, bukan karena hal-hal yang tampak, tapi dari cara kalian memetiknya!

Ketuklah pintu pagar dimana mawar itu tumbuh, datangi keluarga dimana mawar itu tumbuh dan terjaga (jangan asal slonong apalagi merusak dan memaksanya!) kemudian mohonlah pada Sang Pencipta mawar itu karena Dialah pemilik dan pemeliharanya yang hakiki. Mohonlah agar Ia berkenan menjadikan kalian sepasang insan yang menebarkan kebaikan di taman bumi dan mengetuk surga dengan keagungan yang terjaga!

Robiah Al-adawiyah
mhs FH Univ Sebelas Maret (UNS) , Pengurus FLP Solo
r_aladawiyah@yahoo.com

kafemuslimah.com