Jumat, 15 April 2011

Adik Mengalami Kesulitan Belajar

Assalamu'alaikum Wr Wb

Sebelumnya saya minta maaaf jika telah menyita waktu ibu. Saya punya adik perempuan, berusia 11 tahun, sekarang duduk di kelas enam SD. Dalam sekolahnya, prestasinya biasa-biasa saja bahkan (maaf) cenderung buruk. Sering terdapat nilai merah di rapornya. Tidak ada minat sama sekali untuk membaca, bahkan komik sekalipun. Dan ia jarang ada minat untuk belajar. Kalaupun belajar, ia harus ditemani orang yang dipilihnya. Ketika belajar, ia kadang mampu untuk menjawab setelah diberikan contoh soal. Namun, ketika di sekolah diberikan pertanyaan yang sama, ia tidak bisa menjawab.

Selain itu, dalam pergaulan (bila bertemu orang yang baru dikenal) ia cenderung minder dan sangat pemalu. Berbagai metode sudah kami coba, dan ketika belajar kami usahakan hatinya senyaman mungkin. Bagaimana saya mengatasi hal tersebut, mengingat sebentar lagi ia akan menginjak bangku SLTP. Sebagai tambahan informasi, ia lahir dari keluarga broken home dan selama ini ikut saudara. Saudara saya sangat baik meskipun terkadang cenderung keras. Demikian dan atas jawaban yang diberikan, saya ucapkan Jazakillah Khair.

Wassalamu'alaikum Wr Wb

Abdillah


Jawaban :

Assalammu'alaikum wr.wb.

Saudara Abdillah yang penyabar,
Kesulitan adik anda untuk belajar di sekolah saat ini tentu membuat anda khawatir. Apalagi sebentar lagi ia akan masuk SLTP, selain tingkat pelajaran yang akan dikuasai lebih sulit, juga tantangan sebagai remaja bisa jadi semakin memperburuk prestasinya di sekolah. Banyak faktor yang dapat membuat anak tidak berprestasi baik di sekolah atau mengalami kesulitan dalam belajar. Dan melihat riwayat keluarga yang "broken home" kemungkinan besar turut berperan juga dalam mempengaruhi prestasi dan sifat minder yang dimilikinya.

Mengenai kesulitannya dalam belajar rasanya memang perlu diidentifikasi lebih jauh apakah penyebabnya faktor psikologis semata atau ada juga faktor fisiknya. Faktor psikologis seperti konflik yang berkepanjangan di rumah, perceraian biasanya memang bisa membuat anak tidak termotivasi untuk belajar sehingga prestasinya tidak sesuai dengan kemampuan yang sesungguhnya. Sedangkan faktor fisik atau fisiologis seperti kurang mampu mendengar dengan baik atau kesulitan dalam melihat juga perlu diperhatikan. Termasuk kecerdasan anak juga mempengaruhi daya tangkapnya di kelas.

Disamping itu kesulitan belajar juga bisa disebabkan oleh kelainan khusus seperti disleksia (tidak mampu membaca), dan lain-lain. Jika anak memang penderita lemah belajar seperti itu maka perlu diterapi secara khusus agar bisa diatasi. Dan untuk mengetahui bahwa anak penderita lemah belajar atau tidak maka bisa dilakukan tes secara awam atau profesional. Tes awamnya bisa meminta anak membaca, berhitung atau mempelajari sesuatu langsung tulisan di depan kita kemudian kita bisa memperkirakan apakah kemampuannya sesuai dengan anak seusianya. Dan yang lebih akurat yaitu secara profesional dibawa ke psikolog atau psikiater untuk diberikan tes khusus kesulitan belajar.

Dan jika adik memang mengalami kesulitan dalam belajar kemungkinan juga bisa mempengaruhi konsep dirinya. Ia menjadi tidak percaya diri sehingga malu atau minder terhadap orang lain. Oleh karena itu hal tersebut memang harus segera diatasi. Apalagi adik anda sudah mulai beranjak remaja, kepribadian yang rentan akan sangat berbahaya untuk terpengaruh pada lingkungan pergaulan yang buruk di masa remajanya. Semoga anda dapat segera membantu adik mengatasi permasalahannya.

Wallahu a'lam bish-shawab, Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakatuh.

Jangan Sampai Salah Memilih Pasangan Hidup

Kebimbangan itulah perasaan yang sering muncul di hati para lajang tatkala harus memutuskan dengan siapa ia akan menikah. Perasaan ini wajar muncul, karena keputusan menikah adalah keputusan besar yang akan mempengaruhi jalan hidup seseorang, karenanya mereka akan berhati-hati dalam menentukan calon pendamping hidupnya.

Kebimbangan semacam ini juga dirasakan Annisa, wanita berusia 24 tahun yang kebetulan berparas cantik. Sebagai muslimah ia sudah merasa jengah dengan para lelaki yang mencoba mendekatinya. Baginya hanya ada satu solusi, menikah. Tapi ia jadi bingung pria mana yang harus ia terima pinangannya. Di mata Annisa setiap pria yang mencoba mendekatinya memiliki kekurangan. Kini Annisa jadi bertanya dalam hati sebenarnya syarat apa saja sih yang mesti ia tetapkan untuk calon pendampingnya kelak?.

Tak ada gading yang tak retak, begitu yang dikatakan pepatah untuk mengungkapkan sebenarnya tidak ada orang yang sempurna. Setiap orang pasti memiliki kekurangan, namun sesungguhnya ada kualitas kepribadian dasar yang harus kita dan calon pasangan kita miliki agar dapat membina mahligai rumah tangga yang bahagia. Kualitas pribadi tersebut antara lain:

Kualitas Keberagamaan
Agama merupakan keyakinan yang mempengaruhi hati, fikiran perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga orang yang mempunyai pemahaman serta pengalaman agamanya yang baik akan sangat terbantu dalam mengatasi berbagai masalah. Kondisi ini pada akhirnya akan mempengaruhi kebahagiaan dan kelanggengan sebuah perkawinan.

Memiliki Komitmen Untuk Mengembangkan Diri
Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya msing-masing. Namun setiap orang juga memiliki kesempatan untuk berkembang. Penting bagi kita untuk memiliki komitmen pengembangan pribadi ini, yaitu bagaimana seseorang memahami kekurangan yang ada, belajar dari kesalahan dan mau mendengarkan nasihat orang lain. Semua hal tersebut bermuara pada bagaimana ia membangun dan mengembangan dirinya agar menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih bijak.

Keterbukaan Emosional
Artinya adalah orang yang memiliki perasaan, mengetahui apa yang sedang dirasakan, mau berbagi perasaan dengan pasangannya dan mengetahui cara mengungkapkan perasaan. Keterbukaan Emosional menjadi modal penting dalam membangun komunikasi dengan pasangan kita, sedangkan komunikasi yang baik adalah modal penting dalam membangun rumah tangga harmonis.

Memiliki Integritas
Setiap orang mendambakan calon pasangan yang mempunyai integritas diri. Kita menginginkan orang yang, jujur, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, dalam hal ini terutama dengan pasangannya, kita juga ingin calon pasangan kita adalah orang yang tidak main-main dalam mengambil keputusan yang mempengaruhi masa depannya. Itulah makna integritas diri.

Kematangan dan Tanggung Jawab

Memiliki kematangaan berarti ia bisa mengurus dirinya sendiri, tahu mana yang baik/buruk buat dirinya. Sedangkan bertanggung jawab berarti dia memahami langkah yang dia ambil beserta resiko-resiko yang mungkin dihadapi.

Memiliki Harga Diri
Ingatlah agar seseorang bisa mencintai ia harus cinta pada dirinya sendiri. Karena itu lihatlah bagaimana cintanya ia pada dirinya sendiri. Kalau ia sendiri tidak mencintai dirinya, bagaimana mungkin ia bisa mencintai pasangannya?

Sikap Positif Terhadap Kehidupan
Mereka yang memiliki sikap hidup positif akan berusaha mengubah segala kendala menjadi peluang, dan biasanya percaya bahwa segalanya akan bisa menjadi baik.

Itu semua kualitas ideal yang perlu dimiliki oeleh calon pasangan kita dan diri kita sendiri pada saat kita akan menikah. Namun situasi yang dihadapai Annisa atau situasi yang sejenis dengan itu, sering membuat kita tidak bisa berfikir jernih. Karena itu adalah hal-hal yang harus kita waspadai agar tidak salah paham dalam memilih pasangan. Hal-hal seperti ini mungkin akan membantu kita :

1. Jangan terlalu cepat memutuskan untuk menikah dengan si dia

Sediakan waktu yang cukup untuk memperoleh informasi yang memadai tentang calon pasangan anda tersebut. Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dari calon pasangan hidup kita itu:

a. Latar Belakang Kehidupan.
- Nasab/latar belakang keturunan mencakup hubungan keluarga asal, apakah berasal dari keluarga utuh, harmonis, atau broken home. Termasuk bentuk hubungan dengan saudara kandung

- Agama, norma-norma atau nilai-nilai status sosial ekonomi, suku, tradisi budaya keluarga asal.

- Adakah penyakit keturunan yang berhubungan dengan faktor genetic.

b. Masalah yang berkaitan dengan kualitas diri
- Kualitas Dien
- Akhlaq
- Tipe kepribadian (tertutup/terbuka, pendiam, periang, emosional, sabar)
- Pendidikan, kapasitas intelektual, profesi.
- Latar belakang organisasi, aktivitas sosial.
- Kemampuan problem solving
- Kepercayaan diri.

2. Jangan menikah di usia yang belum matang secara pribadi
Siap menikah berarti siap menghadapai masalah yang semuanya menuntut kedewasaan berfikir dan bersikap. Kedewasaan ini tidak bisa di ukur dengan usianya lebih dewasa dibanding mereka yang lebih tua.

Kedewasaan juga mempengaruhi dalam kita menentukan pilihan calon pasangan kita. Mereka yang kurang matang cenderung hanya terpukau pada hal-hal yang bersifat luaran saja.

3. Jangan memilih pasangan hanya untuk menyenangkan orang lain
Andalah orang yang beruntung atau yang menderita dengan pernikahan anda. Kalau pun ada faktor orang lain dalam mempertemukan antara anda dengan si dia pastikan bahwa anda sendirilah yang memutuskan bahwa dialah yang memang terbaik buat anda (tentunya beristiqarah terlebih dahulu).

4. Jangan menikah dengan harapan-harapan yang tidak realistis
Biasanya niatan awal menikah mempengaruhi masalah-masalah apa yang akan mendominasi selama kehidupan perkawinan. Kepuasan dalam kehidupan perkawinan dan terhadap tolak ukurnya berada pada harapan tersebut. Bila tidak terpenuhi akan menimbulkan kekecewaan.

5. Jangan menikah dengan seseorang yang memilki masalah kepribadian
Berhati-hatilah terhadap orang yang memiliki kepribadian yang sulit untuk dirubah, diperlukan pengertian dan lapang dada yang luar biasa untuk menghadapi orang seperti ini. Pada dasarnya setiap orang memiliki perilaku bermasalah, namun yang perlu menjadi perhatian adalah bagaimana kadar, intensitas dan frekwensinya seseorang yang masuk dalam kategori mengalami masalah kepribadian adalah bila memiliki prilaku bermasalah yang mendominasi keseharian dan mempengaruhi adaptasinya dengan orang lain. Biasanya orang seperti ini sering membuat orang lain atau dirinya sendiri merasa terganggu dan tidak nyaman dengan perilakunya.

Inna Mutmainnah, S.Psi.
Sumber: Majalah Safina No. 2/Th.1


sumber : eramuslim.com

Kalung Yang Diberkati

Jabir bin Abdullah Al-Anshari bercerita: ”Rasulullah saw melakukan shalat Ashar bersama kami. Ketika telah selesai beliau duduk di arah kiblat, dan orang-orang berada di sekitarnya. Tiba-tiba, datang seorang tua dari kalngan orang Arab yang hijrah. Ia memakai kain yang lusuh, dan hampir tidak dapat menahan diri karena tuanya dan lemahnya. Maka Rasulullah mendekatinya dan menanyakan kabarnya. Orang tua itu berkata,

“Wahai Nabi Allah, saya sedang lapar, berilah saya makan. Saya tidak berpakaian, berilah saya pakaian. Saya orang miskin, bantulah saya.”

Maka Rasulullah berkata kepadanya, “Aku tidak memiliki apa-apa untukmu. Tetapi orang yang menunjukkan kepada kebaikan sama dengan orang yang melakukannya. Karena itu, pergilah ke tempat orang yang mencintai dan dirintai Allah dan Rasul-Nya dan mendahulukan Allah atas dirinya sendiri. Pergilah ke tempat Fatimah.” (Rumah Fatimah berhampiran dengan rumah pribadi Rasulullah, tempat beliau tinggal seorang diri dan terpisah dari istri-istrinya). Kemudian beliau berkata, “Wahai Bilal,bangunlah dan antarkan dia ke rumah Fatimah.”

Pergilah orang itu bersama Bilal. Ketika sampai di depan pintu Fatimah, ia menyapa dengan suara yang sangat keras, “Assalamu’alaikum, wahai Penghuni Rumah Kenabian (Ahlu Bait An-Nubuwwah).”

“Alaikas-salam. Salam Anda?” tanya Fatimah.

Yang ditanya menjawab, “Saya seorang Arab yang sudah tua. Saya telah menghadap ayahmu, pemimpin yang memberi kabar gembira, karena suatu kesulitan. Wahai Putri Muhammad, saya tidak mempunyai pakaian dan dalam keadaan lapar. Maka tolonglah aku, semoga Allah menyayangimu.”

Saat itu, Fatimah dan Ali, juga Rasulullah mengetahui kondisi mereka berdua. Maka Fatimah mengambil kulit domba yang telah disamak yang dipakai sebagai alas tidur oleh Hasan dan Husain, lalu ia berkata kepada orang itu,

“Ambillah ini, wahai orang yang mengetuk. Semoga Allah memberimu yang lebih baik daripada ini.”

Orang itu berkata lagi: “Wahai Putri Muhammad, aku mengadu kepadamu bahwa aku lapar, tapi kamu memberiku kulit domba. Aku tidak dapat melakukan apa-apa dengannya. Dengan apa aku menghilangkan rasa lapar?”

Ketika mendengar perkataannya itu, Fatimah mengambil kalung yang ada di lehernya yang dihadiahkan Fatimah binti Hamzah bin Abdul Muthalib. Ia memutuskannya dari lehernya dan memberikannya kepada orang itu sambil berkata,

“Ambilllah ini dan juallah. Mudah-mudahan Allah akan memberikan ganti untukmu yang lebih baik daripadanya.” Orang Arab itu mengambilnya dan pergi ke masjid Rasulullah. Saat itu, Nabi sedang duduk bersama sahabat-sahabatnya. Orang itu berkata, “Wahai Rasulullah, Fatimah telah memberiku kalung ini dan mengatakan, ‘Juallah kalung ini, mudah-mudahan Allah akan membantumu.’

Maka menangislah Nabi saw. Belaiu berkata, “Bagaimana Allah tidak akan membantumu? Kamu telah diberi oleh Fatimah putri Muhammad, pemimpin putri manusia.” Maka bangunlah Ammar bin Yasir, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, apakah engkau mengijinkan aku untuk membeli kalung ini?”

“Belilah, wahai Ammar,” Jawab Rasulullah.

“Berapa harga kalung ini, wahai orang Arab?” tanya Ammar kepada orang tua itu.

“Seharga roti dan daging yang mengenyangkan, burdah (kain) Yaman yang akan aku gunakan untuk menutupi auratku dan untuk shalat, serta uang dinar yang akan mengantarku pulang ke tempat keluargaku.” Jawab orang itu. Sebelumnya, Ammar telah menjual semua bagian yang diberikan Rasulullah dari Khaibar kepadanya dan tidak ada lagi sisanya. Ia pun berkata kepada orang itu,

“Untuk engkau 20 dinar dan 200 dirham, kain Yaman dan untaku yang dapat menyampaikanmu ke tempat keluargamu, ditambah roti dan daging yang mengenyangkanmu.”

“Alangkah pemurahnya engkau, wahai laki-laki.” Pergilah Ammar bersama orang itu, untuk melaksanakan transaksi yang telah disepakati itu. Kemudian orang itu kembali ke tempat Rasulullah.

“Apakah kamu telah kenyang dan telah mempunyai pakaian?” tanya Rasulullah kepadanya

“Ya, bahkan aku telah menjadi kaya.” Jawabnya.

Rasulullah berkata, “Berilah balasan kepada Fatimah atas apa yang telah dilakukannya."

Orang itu pun berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Tuhan Yang kami tidak mencari lagi selain Engkau. Engkaulah yang memberi rizki kepada kami di setiap tempat. Ya Allah, berilah Fatimah sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga.”

Nabi saw mengaminkan doanya. Beliau lalu mendatangi sahabat-sahabatnya dan berkata,

“Sesungguhnya Allah telah memberikan itu kepada Fatimah di dunia. Aku adalah ayahnya, dan tidak ada seorang pun di seluruh alam yang seperti aku. Ali suaminya; seandainya tidak ada Ali maka tidak ada yang sepadan baginya selamanya. Allah juga telah memberinya Hasan dan Husain. Tidak ada di seluruh alam yang seperti mereka berdua. Mereka adalah pemimpin cucu para nabi dan pemimpin para pemuda ahli surga.”

Ammar kemudian mengharumkan kalung yang dibelinya tadi dengan minyak musik dan membungkusnya dengan kain Yaman. Ia mempunyai seorang budak bernama Sahm, yang ia beli dengan saham (bagian) yang ia peroleh di Khaibar. Ammar memberikan kalung itu kepadanya seraya berkata,

“Ambillah kalung ini lalu berikanlah kepada Rasulullah, dan engkau pun menjadi miliknya.” Budak itu pun mengambil kalung itu. Ia membawanya kepada Rasulullah dan memberitahukan kepada beliau apa yang dikatakan Ammar.

Maka Nabi berkata kepadanya, “Pergilah ke tempat Fatimah lalu berikanlah kalung itu kepadanya, dan engkau pun menjadi miliknya.” Budak itu datang kepada Fatimah sambil membawa kalung itu dan memberitahukan kepadanya apa yang dikatakan oleh Rasulullah. Fatimah mengambil kalung itu dan memerdekana si budak. Mantan budak itu lalu tertawa.

“Apa yang membuatmu tertawa, nak?” tanya Fatimah.

Ia menjawab: “Yang membuatku tertawa adalah betapa besarnya berkah kalung ini. Ia mengenyangkan orang yang lapar, memakaikan pakaian pada orang yang tidak berpakaian, mengayakan orang miskin, memerdekakan budak dan kemudian kembali lagi ke pemiliknya.”

Demikian kisah kalung Fatimah.
Semoga membawa hikmah bagi kita semua.


kafemuslimah.com

Kuntum-kuntum Bunga Dunia : Episode Bunga Matahari

Karena cinta aku menuliskannya untuk mu, mungkin juga untukku sendiri. Sebagai pengingat atau teman merenung.

Hari ini aku melihat bunga matahari dihalaman rumah tetanggaku. Anak-anak sekolah menyempatkan menyentuhnya, adikku bahkan meminta bijinya untuk ditanam di kebun belakang rumah kami.

Dan aku? Aku menikmatinya dari dalam rumahku. Adikku berteriak penuh kekaguman ,”lihat! Dia selalu mengikuti arah matahari!” Ya! Tentu saja, batinku. Namanya juga bunga matahari. Tapi mungkin juga sebagian menamainya begitu karena warnanya yang kuning cerah, bulat menyerupai benda langit, sentral planet raya : MATAHARI

Bunga itu menjadi inspirasiku, menuliskannya untuk kalian. Bunga matahri itu selalu mengikuti arah matahari. Dia begitu ikhlas berputar dan menghadapkan wajahnya kesana.

Saat matahari mulai tenggelam, senja datang dan bunga mataharipun merunduk, seolah dia berkata; “kemana matahariku? Aku hilang arah” . Saudariku, muslimah yang tercinta, pernahkah kau merasakan suasana senja hari? Saat matahari mulai tenggelam dan langit kemerahan?

Kalau aku, kadang dikala senja datang, ada sebuah kesedihan yang tiba-tiba menyergap, ada suasana sedih, takut (apalagi bila aku masih di perjalanan, menunggu bus, atau berjalan saat maghrib, belum sampai dirumah ada perasaan yang tidak mengenakkan). Ah, mungkin itulah mengapa kita diajarkan oleh Rasulullah untuk berdo’a dan banyak berdzikir di sore hari.

Kembali pada bunga matahari. Mungkin dia juga merasakan seperti yang kurasakan saat matahari tenggelam, ya? Saudariku, tidakkah kau tau dan merasakan bahwa bunga matahari itu seperti manusia? Manusia diciptakan untuk mengikuti apa yang diyakininya. Semestinya kita menjadikan Qur’an seperti matahari, dimana disana terkumpul tuntunan, pedoman, dan pancaran kasih sayang Allah. Betapa Allah menurunkan Qur’an seperti matahari yang menerangi bumi. Menjadi petunjuk manusia dalam kehidupannya.

Kita semestinya mengikuti Qur’an kemanapun ia membawa kita, menuruti apa yang Allah tunjukkan. Mengatakan ‘tidak’ terhadap apa yang Allah, Rasul ,Qur’an tuntunkan dan menjadikannya petunjuk bagi hati nurani kita. Mengatakan ‘ya’ dan tanpa malau, ragu atau menawar-nawar perintah Qur’an. Ah…………saudariku, bilakah kita menjadikan Qur’an satu-satunya matahari dalam kehidupan kita?

Bila tidak demikian, Saat kita tak lagi menjadikan Qur’an sebagai matahari, mengingkarinya, menjauhkan diri kita darinya, mengalihkan wajah kita darinya, mengingkari bisikan nurani untuk mengikutnya……Maka kita seperti bunga matahari yang kehilangan mataharinya (maka, apa dia bisa dinamai ‘bunga matahari’ lagi? Sedang ia tak lagi mengikuti matahari, atau kehilangan mataharinya).

Saudariku, kitalah bunga-bunga matahari itu yang beredar dan menundukkan diri dibawah Qur’an, yang menjadikan kita terang, hidup, menjadi penuntun agar kita tetap menjadi makhluk terbaik dan pantas mendapat predikat umat terbaik.

Saudariku, aku ingin kita mengihiasi dunia, dan saat kita menjadi orang-orang yang mengikuti Qur’an, niscaya kita akan menjadi orang-orang yang mengagumkan! Tanpa harus mengagumi diri sendiri. Kita akan mulia tanpa harus mendapik diri sebagai orang yang mulia. Seperti manusia yang mengagumi bunga matahari, satu bunga dari taman bumi.

Robiah Al-adawiyah
mhs FH Univ Sebelas Maret (UNS) , Pengurus FLP Solo
r_aladawiyah@yahoo.com


kafemuslimah.com

Kuntum-kuntum Bunga Dunia : Episode Bunga Mawar

Saudariku, meskipun aku tak begitu suka dengan bunga. Tapi aku suka mengamati dan membuat pemaknaan-pemaknaan tentangnya. Sebab, bukankah kita dituntunkan untuk bertafakkur terhadap penciptaan Allah?

Dialog Satu Arah
Aku sudah menceritakan tentang bunga matahari beberapa waktu yang lalu (jika kalian sempat membaca tulisanku sebelumnya). Gambaran seseorang taat, seseorang yang berpegang teguh terhadap apa yang dianggapnya benar, apa yang menjadi prinsipnya. (setidaknya menurut pemaknaanku)

Saudariku, pasti kau tahu bunga mawar. Bunga yang sering menjadi lambang dari cinta, romantisme, bunga yang warnanya tegas, jika ia berwarna merah, maka ia akan berwarna merah darah, pekat! Jika ia putih, ia pun berwarna putih yang teguh, suci. Jarang mawar berwarna merah muda, meskipun mungkin ada.

Bunga mawar beraroma harum, kelopak-kelopaknya begitu tertata, banyak, dan melindungi benang sarinya dengan seksama. Mawar juga tidak mudah menggugurkan mahkota-mahkota bunganya, aku membuktikannya, betapa mawar tetap bermahkota dan berkelopak meskipun mungkin bila ia dipetik dengan tangkainya dan ia diletakkan tanpa air, ia mungkin layu, tapi mahkotanya tidak gugur!

Bunga itu masih lagi dilindungi kelopaknya yang tak kalah teguh. Bukan itu saja! Kau tahu, saudariku? Mawar begitu sulit terjangkau! Ya! Kita harus berhati-hati memetiknya sebab tangkainya yang meskipun kecil namun kokoh itu berduri.

Begitulah. Setiap bagian dari mawar sempat kuamati. Setiap bagian bunganya begitu mantap dan teguh, selain bentuknya yang indah dan baunya yang harum. Mawar begitu mempesona.

Mawar begitu misterius, elegan . Bentuk dan aromanya yang mempesona, semua membuat orang ingin menikmatinya, memetiknya, memilikinya. Tapi, ternyata tidak mudah mendapatkannya. Untuk memetiknya kita harus berhati-hati agar durinya tidak melukai. Tidak sembarangan kita bisa sambil lalu memtiknya, bila kita tidak ingin ’diserang’ oleh durinya. Tangkainya juga tidak mudah dipatahkan. Bila kalian pernah mengalami, kita harus menggunakan alat (gunting, pisau) untuk memotongnya. Iya kan?

Hmmmmmm………. Begitulah. Mawar. Kau tau saudariku, bahwa ada wanita-wanita seperti mawar. Tapi, mungkin tidak banyak. Dan seorang muslimah yang seperti mawar??? Wah tentu lebih sedikit lagi.

Aku tidak sedang membicarakan kecantikan fisik, meskipun jika itu ada dalam diri seseorang, kita tak bisa menyangkal untuk memujinya.

Wanita atau muslimah yang seperti mawar, begitu enak dipandang. Kecantikannya terpancar dari sebuah ketguhan yang dalam. Kalaupun dia memang dianugerahi kecantikan fisik oleh Allah, dia akan semakin cantik. Kalupun secara fisik dia tidak tergolong ‘begitu cantik’ namun dia memancarkan kecantikan yang lain. Kecantikan yang membawanya pada sebuah derajat yang begitu tinggi. Elegan.

Wanita yang seperti bunga mawar memiliki keteguhan prinsip, dia mengerti setiap detil dari dirinya begitu berharga, untuk itulah dia menjaganya, melindunginya dengan seksama. Lihat betapa banyak ‘senjata’ yang dimiliki mawar untuk melindungi putik dan benang sarinya. Itulah , perempuan apalagi perempuan Islam, dituntunkan untuk selalu menjaga dirinya, karena setiap bagian jasad, ruh dan akalnya memiliki potensi keindahan.

Wanita atau perempuan yang berkarakter mawar juga sangat teguh pendiriannya. Dia tidak mudah meluruhkan harga dirinya untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan jalan perinsipnya. Lihat, betapa mawar tidak mudah menggugurkan mahkota bunganya meskipun ia layu. Perempuan-perempuan seteguh mawar tidak akan meluruhkan kehormatannya. Dia akan menjaganya meskipun ia harus berjuang untuk itu. Keadaan tidak membuatnya cengeng.

Satu lagi, saudariku. Mawar tidak mudah dipetik. Perempuan-perempuan yang teguh dan meneguhkan, cerdas dan mencerdaskan, baik dan memperbaiki akan memancarkan banyak energi. Semua orang tahu bahwa dia memiliki banayak pesona. Namun pesona itu tidak membuatnya pongah. Pun begitu, perempuan-perempuan berkarakter mawar selalu memancarkan keramahan, kebaikan. Tapi untuk mendapatkannya? Nanti dulu! Bukan jual mahal, tapi ia memiliki izzah (harga diri, kehormatan, rasa PD, bangga bukan karena dirinya tapi ‘bangga’ karena ia memegang teguh Islam dan segala peraturannya).

Pesona mawar membuat orang tidak berani mempermainkannya. Pesona karakter ‘mawar’ akan menyeleksi siapa yang beruntung mendapatkannya dengan cara yang baik, bukan menyerobot apalagi memetiknya dengan paksa! Sebab jika itu dilakukan, Sang Mawar akan melukai tangan pemetiknya yang kasar dan tidak beradab, iya kan?

Maka, siapapun yang ingin memetik mawar-mawar muslimah itu, ia haruslah seorang yang memiliki keteguhan dan daya juang! Ia harus meminta mawar-mawar muslimah itu dari pemiliknya. Siapa pemiliknya? Sang pencinta mawar itu dan pemilik kebun mawar yang sejak kecil merawat dan menjaga Sang mawar agar tumbuh menjadi muslimah yang teguh.

Bagaimana? Jika kalian baca tulisanku ini dan kalian seorang perempuan, muslimah, semoga kalian bergegas untuk menjadi kuntum mawar terindah di kebun rumah orang tua kalian. Jika kalian seorang laki-laki, seorang muslim, dan sedang ‘mengagumi’ salah satu kuntum mawar itu, bersiaplah untuk menjadi pemetiknya yang ‘sekufu’, bukan karena hal-hal yang tampak, tapi dari cara kalian memetiknya!

Ketuklah pintu pagar dimana mawar itu tumbuh, datangi keluarga dimana mawar itu tumbuh dan terjaga (jangan asal slonong apalagi merusak dan memaksanya!) kemudian mohonlah pada Sang Pencipta mawar itu karena Dialah pemilik dan pemeliharanya yang hakiki. Mohonlah agar Ia berkenan menjadikan kalian sepasang insan yang menebarkan kebaikan di taman bumi dan mengetuk surga dengan keagungan yang terjaga!

Robiah Al-adawiyah
mhs FH Univ Sebelas Maret (UNS) , Pengurus FLP Solo
r_aladawiyah@yahoo.com

kafemuslimah.com

Kamis, 14 April 2011

Mahar Khas Banjar

Iring-iringan wanita memadati jalan kecil menuju rumah tetangga. Di tangan mereka masing-masing membawa bungkusan yang dihias dengan apiknya. Ada deh kira-kira sepuluhan orang. Iring-iringan itu kemudian disambut oleh ibu-ibu pengajian. Rumah tipe 36 itu spontan penuh. Acara mengantar jujuran pun dimulai. Jujuran?

Jujuran itu tradisi suku Banjar menjelang pernikahan yang dilakukan oleh calon suami dalam memenuhi keinginan calon isteri dan keluarganya. Jujuran berupa uang yang telah disepakati jumlahnya oleh kedua belah pihak di saat lamaran. Disamping itu juga ada yang namanya tikar kelambu. Tikar kelambu ini bukan berarti tikar sama kelambu, tapi hanya sebuah kiasan yang isinya perlengkapan kamar pengantin, seperti lemari pakaian, meja rias, ranjang, kain, sepatu wanita, peralatan make up, bahkan ada yang sampai ke pakaian dalam segala. Tapi semuanya tentu berdasarkan kesanggupan calon suami dan keluarganya, jumlahnya pun sekedarnya saja. Namun apabila permintaan calon isteri dan keluarganya tidak terpenuhi dan tidak ada kesepakatan antara kedua belah pihak, mendingan sang pria mundur saja.

Jujuran yang dibawa oleh iring-iringan tadi, sebelum diserahkan ke pihak perempuan, melalui beberapa tahapan. Pertama, acara sambutan dan perkenalan dari masing-masing pihak. Dari pihak calon pria melalui juru bicaranya mengungkapkan maksud dan kedatangan mereka datang dan pihak perempuan melalui juru bicaranya menyambut kedatangan tersebut.

Kedua, yang pertama kali diserahkan adalah jujuran yang berbentuk uang. Uang tersebut diletakkan disebuah tempat yang sudah disiapkan, di dalam tempat uang tersebut terdapat beras kuning, daun pandan, permen, dan uang receh (koin), serta kayu sejenis centong untuk mengaduk. Beberapa orang tetua (orang yang dituakan) dari pihak perempuan, bergantian mengaduk tempat uang tersebut. Mengaduk disini bukan berarti mengaduk sungguhan, tetapi hanya simbol saja.

Ketiga, apabila ada kesepakatan untuk dihitung, uang tersebut kemudian dihitung didepan umum. Namun hal ini sudah jarang sekali terjadi, kecuali dilakukan oleh orang-orang yang kuat memegang adat.

Keempat, menyerahkan cincin, kalau memang ada.

Kelima, menyerahkan barang-barang bawaan lainnya. Kemudian ditutup dengan doa.

**

Tradisi. Masyarakat kita kebanyakan masih kuat dengan tradisi-tradisi seperti di atas. Tak hanya dari suku Banjar, dari suku lain pun ada tradisi seperti ini. Seperti Betawi dengan hantarannya. Pada intinya proses itu sama, bahkan untuk tradisi suku Jawa mungkin lebih ruwet lagi.

Andai semua keluarga pihak perempuan memberlakukan tradisi demikian, apakah tidak menghalangi proses menuju pernikahan tersebut? Dari beberapa cerita yang pernah didengar, ternyata banyak para pelamar memilih mengundurkan diri karena tradisi tersebut.

Padahal dalam hadits disebutkan bahwa:
“Sesungguhnya wanita yang paling besar berkahnya ialah yang paling bagus wajahnya dan paling sedikit maskawinnya.” (Abu Umar, At-Tauqani dalam kitab mu’asyarah al-ahliin).

“Sesungguh diantara berkah wanita adalah kemudahan meminangnya, kemudahan maskawinnya dan kemudahan rahimnya.” (Ahmad)

“Sebaik-baik wanita adalah yang bagus wajahnya dan murah maskawinnya.” (Ibnu Hibban)

Pernikahan adalah sunnah Rasulullah yang harus segera dilaksanakan apabila tidak ada keraguan di hati keduanya, seperti yang diriwayatkan Abu Daud dan At-Tirmidzi bahwa, “Dan apabila datang kepadamu orang yang kamu rela akan agama dan amanahnya, maka nikahkanlah ia, jika tidak kamu lakukan, maka akan terjadi bencana di bumi dan kerusakan yang besar.”

Kalau kita lihat di zaman Rasulullah, maharnya Fatimah binti Muhammad SAW adalah baju besinya Ali karromallah wajhah, karena Ali tidak memiliki yang lainnya, lalu ia menjualnya kemudian diberikan kepada Faatimah sebagai mahar. Ada juga wanita shahabiyah yang maharnya hanya berupa cincin besi. Bahkan mahar berupa ayat-ayat Al Qur’an pun ada, yang kemudian diajarkan oleh suaminya.

Kalau kita bandingkan di zaman kita saat ini, banyak kita saksikan mahar-mahar dan barang-barang yang berharga, bahkan berlebih-lebihan perayaannya, pemborosan. Padahal Islam telah menentang pemborosan dan menjadikan pemboros sebagai saudara syaitan. Sebagaimana firman Allah SWT menyatakan:

“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (Al-Isra:27).

“…. dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” (Al-Isra:26)

“…. dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya (jangan terlalu kikir dan jangan pula terlalu pemurah) karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (Al-Isra:29)

Wahai muslimah, andai kita tahu firman Allah dan sunnah Rasul-Nya, apa yang akan kita lakukan sekarang? Ikut adat dengan alasan keinginan keluarga kah? Atau tetap teguh menjalankan syariat-Nya? Banyak cara menuju ke China, andai keluarga kita orang yang fanatik dengan adat, cukup bijaksana kalau mencoba menyampaikan (mensosialisasikan) keinginan-keinginan kita mulai dari sekarang kepada keluarga. Allah menilai proses, bukan hasil. Berusahalah. Sebelum saatnya tiba, dijemput sang mujahid! (Pilot)


kafemuslimah.com

Menentukan Kriteria Pasangan, Perlukah?

Kali ini Ani benar-benar stres. Asih temannya baru saja melakukan manuver tak terduga. Beberapa saat yang lalu. Asih telah mendatangi orang tuanya untuk mempromosikan seorang pria, “Pokoknya orang ini baik deh tante. Saya yakin dia cocok untuk Ani, jadi saya tau deh sifat-sifatnya.” Ibunya termakan provokasi ini. Sejak tadi ibu mempromosikan pria itu kepadanya.

Ani bukannya tak senang atas usaha teman baiknya ini. Usianya kini telah 25 tahun, ia memang sudah sangat ingin untuk menikah. Tapi ia tidak ingin membina hubungan khusus dengan pria. “Islam melarang kita pacaran.” Begitu katanya, tatkala ibu terus menanyakan mengapa tak seorangpun pria pernah berkunjung ke rumah untuk berkenalan dengan ibu. Makanya ketika Asih datang kepadanya menawarkan pria itu, ia pun sangat bersyukur. Persoalannya adalah Asih terlalu mendesak dan ingin Ani segera menerima tawarannya itu. “Kamu kayak gak percaya aja sama aku.” Ia kini benar-benar terpojok.

Ia sepertinya tidak diberikan kesempatan untuk memilih dan mengidamkan pria idealnya.

Ani tidak seorang diri menghadapi persoalan ini. Ini adalah masalah umum bagi seseorang yang telah memasuki masa dewasa muda (20-30 th), pada masa ini orang telah dapat memulai kehidupan dengan memilih dan menentukan kedudukannya ditengah masyarakat. Ia telah mampu menilai ide-ide yang telah didapatinya dari dunia secara umum, mengajukan perencanaan karir, mengambil peran dalam keluarga dan masyarakat, menyeleksi kawan hidup dan menikah. Dua hal terakhir inilah yang sedang menjadi masalah bagi Ani.

Lalu bagaimanakah sebaiknya kita memilih pasangan? Perlukah kita menetapkan kriteria ideal pasangan kita? Sebelum membahas masalah ini lebih jauh, ada baiknya kita pahami apa sebenarnya pernikahan itu.

Pernikahan adalah suatu hubungan antara dua orang, pria dan wanita, yang diketahui oleh umum, diatur melalui suatu aturan tertentu baik oleh agama, negara, maupun adat istiadat dalam masyarakat. Selain itu ada beberapa unsur dalam pernikahan yang perlu diperhatikan. Unsur-unsur ini telah diungkapkan oleh Stinnett dalam Lifespan Development (1984). Ia mengatakan bahwa dalam pernikahan terkandung unsur-unsur sebagai berikut:

a. Komitmen
Tiap orang ingin merasakan ada yang memperhatikan dirinya tanpa pamrih. Pernikahan merupakan ekspresi dari dedikasi pada seseorang. Upacaranya sendiri merupakan symbol dari pengabdian ini.

b. One to one relationship.
Tiap orang ingin dekat dengan orang lain berdasarkan kedekatan emosi, seperti rasa percaya diri, mengasihi, menghargai, dan intim. Salah satu tugas perkembangan dari usia dewasa muda adalah belajar intim dengan orang lain.

c. Bekerja sama (companionship) dan berbagi (sharing)
Pernikahan adalah cara untuk mengusir kesepian dan rasa teriolasi. Dengan menikah, kita belajar untuk bekerja sama, dan saling berbagi/sharing. Sharing, paling penting dalam hubungan. Bila pasangan bisa sharing dan kebutuhannya saling terpenuhi, mereka akan lebih mencapai kepuasan.

d. Love
Seseorang ingin merasakan mencintai dan dicintai. Hidup akan terasa hampa bila kita tidak memiliki pasangan hidup yang kita cintai dan mencintai kita.

e. Kebahagiaan (happiness)
Orang berfikir bahwa dengan menikah ia akan bahagia. Tetapi harus diingat bahwa bahagia tidak berasal dari pernikahan tapi tergantung bagaimana individu itu berinteraksi dengan pasangannya.

f. Legitimasi dari seks dan anak
Pernikahan merupakan pengesahan social dari perilaku seksual dan memiliki anak.

Kriteria Ideal, Perlukah?

Ani. seperti setiap orang yang lain pasti memiliki kriteria-kriteria ideal adalah memilih pasangan hidupnya. Ia tentu menginginkan sifat/karakteristik/kondisi yang dia idam-idamkan ada pada calon pasangannya. Kriteria ini lahir dari prinsip yang diyakini dan dari hasil interaksi dengan lingkungan sekitar.

Di samping kriteria ideal versi dirinya sendiri, didalam memilih calon pasangan hidup, biasanya seseorang juga akan menghadapi kriteria ideal yang disodorkan oleh orang tuanya/keluarga maupun oleh lingkungan pergaulannya.

Namun dalam beberapa kasus pemilihan calon pasangan hidup yang hanya berdasarkan pada kriteria ideal, sering kali mempersulit langkah orang tersebut dalam mendapatkan pasangan hidup. Pematokan kriteria ideal yang terlalu tinggi, rasa dibutuhkan mukjizat, atau setidak-tidaknya keberuntungan yang besar untuk mendapatkannya. Hal ini akan sangat potensial bagi timbulnya kesulitan dalam mendapatkan calon pasangan hidup.

Jangan pernah berfikir akan mendapatkan sosok yang sempurna, karena setiap orang membawa kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kita boleh saja mengharapkan pendamping yang sempurna tanpa cela, asalkan kita juga bisa membuktikan bahwa kita sosok yang sempurna tanpa cela. Kita harus mau dan mampu untuk berlapang dada menerima kekurangan calon pasangan hidup kita karena pada saat yang sama calon pasangan kita juga telah melapangkan dada untuk menerima segala kekurangan kita.

Meskipun begitu penyusunan kriteria ideal tetap kita idamkan. Ada dua kriteria utama yaitu:

1. Paling Sedikit Potensi Timbulnya Konflik
Jika seorang wanita ingin menjadi wanita karir yang bebas membangun karirnya di luar rumah, tentu akan mencari calon suami yang mendukung keinginnannya tersebut. Mendapatkan suami yang mendukung keinginnya tersebut.

Mendapatkan suami yang mengharuskan tinggal di rumah saja tentu akan menjadi potensi konflik dalam rumah tangga. Contoh di atas menggambarkan bagaimana seseorang mencari calon pasangan dengan kriteria tertentu agar dapat memperkecil potensi konflik. Semua orang punya kecenderungan untuk mencari pasangan yang kira-kira tidak “menghambat” dirinya.

Hal ini syah-syah saja, hanya yang perlu diingat, jangan sampai terjebak pada egoisme yang sempit dan kaku. Ketika kita menetapkan kriteria calon pasangan yang tidak “mengahambat” sebenarnya kita sedang berfikir egois, bahwa kita punya keinginan/sifat seperti ini dan calon pasangan kita harus mau mengikuti keinginan/sifat kita tersebut. Jadi tempatkanlah segala sesuatunya secara proporsional dan realistis, apalagi jika keinginan kita itu tidak menyangkut hal yang prinsip, seperti keinginan menjalankan ibadah dengan tenang dan lain-lain.

2. Paling besar potensi untuk mencapai rumah tangga yang diidam-idamkan
Jika seseorang mengatakan bahwa calon pasangannya haruslah orang yang mempunyai pemahaman agama yang baik, bisa jadi secara implisit dia mengatakan bahwa kembali ke ajaran agama adalah prinsip yang ingin dia terapkan dalam mengarungi bahtera rumah tangga, sehingga mempunyai pasangan hidup yang pemahaman agamanya bagus diharapkan akan membantu mencapai keinginannya tersebut.

Jadi patut saja Ani merasa stres. Ia tentu tak ingin sembarangan memilih pasangan hidup. Yang perlu kita ingatkan agar ia jangan pula terlalu muluk, dalam menetapkan kriteria calon suami.

Inna Mutmainnah, S.Psi.
Sumber : Majalah Safina No. 1/Th.I


sumber : eramuslim.com

Pilih Pacaran atau…..Ta’aruf?

Jaman sekarang gampang banget ketemu sama orang yang lagi pacaran. Di jalan, mal, kampus, di mana-mana. Apalagi sekarang kan ada acara TV yang nyomblang-in orang sampai ke pengeksposean pernyataan cinta segala.

Sebetulnya apa sih pacaran itu? Biasanya kalau ada cowok dan cewek saling suka, salah satunya nyatain dan yang lainnya terima, itu berarti udah pacaran. Buat sebagian orang pacaran itu isinya jalan berdua, makan, nonton, curhat-curhatan. Pokoknya just for fun lah! Ada juga orang-orang tujuannya untuk lebih mengenal sebelum pernikahan.

Sebagai umat Islam kita perlu lho mengkritisi apakah “praktek pacaran” yang banyak dilakukan orang ini sesuai atau tidak dengan aturan-aturan dalam Islam.

Pertama, orang kalo lagi pacaran maunya berdua terus. Ah yang bener, iya apa iya. Beberapa hari enggak ditelpon udah resah, seharian enggak di sms udah kangen. Begitu ketemu pengen memandang wajahnya terus, wah pokoknya dunia serasa berbunga-bunga. Apalagi kalau pakai acara mojok berdua, di tempat sepi mesra-mesraan. Waduh, hati-hati deh, soalnya Rasulullah SAW bersabda, “ Tiada bersepi-sepian seorang lelaki dan perempuan, melainkan syetan merupakan orang ketiga diantara mereka.”

Kedua, kalau lagi pacaran rasanya seperti dimabuk cinta. Lupa yang lainnya. Dunia serasa milik berdua yang lainnya ngontrak. Hati-hati juga nih, nanti kita bisa lupa sama tujuan Allah menciptakan kita (manusia). FirmanNya, “ Dan tidak Kuciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepadaKu.” (QS 51:56)

Ketiga, bukan rahasia lagi kalau di jaman serba permisif ini seks udah jadi bumbu penyedap dalam pacaran (Majalah Hai edisi 4-10 Maret 2002). Majalah Kosmopolitan juga mengadakan riset di lima universitas terbesar di Jakarta, dan ternyata dari yang mengaku pernah melakukan aktivitas seksual, sebanyak 67,1% pertama kali melakukan dengan pacarnya.

Memang banyak orang pacaran awalnya enggak menjurus ke sana. Tapi gara-gara sering berdua, ada kesempatan, dan diem-diem syetan udah ngerubung, yah terjadilah. Pertama pegang tangan, terus rangkul pundak, terus cium pipi, terus…..terus…..wah bisa kebablasan deh. Jangan salah lho, agama kita melindungi kita dengan melarang melakukan perbuatan-perbuatan itu. FirmanNya, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu pekerjaan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS 15:32) Ternyata Al Quran udah melakukan tindakan preventif dengan melarang mendekatinya, bukan melarang melakukannya. Rasulullah SAW juga bersabda, “Seandainya kamu ditusuk dengan jarum besi, maka itu lebih baik bagimu daripada menyentuh perempuan yang tidak halal bagimu.” Jadi pegang-pegangan tangan juga mesti dihindari tuh.

Keempat, ternyata pacaran bukan jaminan akan berlanjut ke jenjang perkawinan. Banyak orang di sekitar kita yang sudah bertahun-tahun pacaran ternyata kandas di tengah jalan. Pacaran pun tidak menjadikan kita tahu segalanya tentang si dia. Banyak yang sikapnya berubah setelah menikah.

Kalaulah kini kita tahu praktek pacaran nggak menjadi suatu jaminan bahkan banyak melanggar aturan Allah dan tidak mendapat ridhoNya, masihkah kita yang mengaku hambaNya, yang menginginkan surgaNya, yang takut akan nerakaNya, masih melakukannya? Tapi kalau bukan dengan pacaran, gimana caranya ketemu jodoh? Jaman sekarang kan kita enggak bisa gampang percaya sama orang, jadi perlu ada penjajagan. Islam punya solusi yang mantap dan OK dalam memilih jodoh. Istilahnya ngetop dengan nama Ta’aruf, artinya perkenalan.

Pertama, ta'aruf itu sebenarnya hanya untuk penjajagan sebelum menikah. Jadi kalau salah satu atau keduanya nggak merasa sreg bisa menyudahi ta'arufnya. Ini lebih baik daripada orang yang pacaran lalu putus. Biasanya orang yang pacaran hatinya sudah bertaut sehingga kalau tidak cocok sulit putus dan terasa menyakitkan. Tapi ta'aruf, yang Insya Allah niatnya untuk menikah Lillahi Ta'ala, kalau tidak cocok bertawakal saja, mungkin memang bukan jodoh. Tidak ada pihak yang dirugikan maupun merugikan.

Kedua, ta'aruf itu lebih fair. Masa penjajakan diisi dengan saling tukar informasi mengenai diri masing-masing baik kebaikan maupun keburukannya. Bahkan kalau kita tidurnya sering ngorok, misalnya, sebaiknya diberitahukan kepada calon kita agar tidak menimbukan kekecewaan di kemudian hari. Begitu pula dengan kekurangan-kekurangan lainnya, seperti mengidap penyakit tertentu, enggak bisa masak, atau yang lainnya. Informasi bukan cuma dari si calon langsung, tapi juga dari orang-orang yang mengenalnya (sahabat, guru ngaji, orang tua si calon). Jadi si calon enggak bisa ngaku-ngaku dirinya baik. Ini berbeda dengan orang pacaran yang biasanya semu dan penuh kepura-puraan. Yang perempuan akan dandan habis-habisan dan malu-malu (sampai makan pun jadi sedikit gara-gara takut dibilang rakus). Yang laki-laki biarpun lagi bokek tetap berlagak kaya traktir ini itu (padahal dapet duit dari minjem temen atau hasil ngerengek ke ortu tuh).

Ketiga, dengan ta'aruf kita bisa berusaha mengenal calon dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Hal ini bisa terjadi karena kedua belah pihak telah siap menikah dan siap membuka diri baik kelebihan maupun kekurangan. Ini kan penghematan waktu yang besar. Coba bandingkan dengan orang pacaran yang sudah lama pacarannya sering tetap merasa belum bisa mengenal pasangannya. Bukankah sia-sia belaka?

Keempat, melalui ta'aruf kita boleh mengajukan kriteria calon yang kita inginkan. Kalau ada hal-hal yang cocok Alhamdulillah tapi kalau ada yang kurang sreg bisa dipertimbangan dengan memakai hati dan pikiran yang sehat. Keputusan akhir pun tetap berdasarkan dialog dengan Allah melalui sholat istikharah. Berbeda dengan orang yang mabuk cinta dan pacaran. Kadang hal buruk pada pacarnya, misalnya pacarnya suka memukul, suka mabuk, tapi tetap bisa menerima padahal hati kecilnya tidak menyukainya. Tapi karena cinta (atau sebenarnya nafsu) terpaksa menerimanya.

Kelima, kalau memang ada kecocokan, biasanya jangka waktu ta'aruf ke khitbah (lamaran) dan ke akad nikah tidak terlalu lama. Ini bisa menghindarkan kita dari berbagai macam zina termasuk zina hati. Selain itu tidak ada perasaan "digantung" pada pihak perempuan. Karena semuanya sudah jelas tujuannya adalah untuk memenuhi sunah Rasulullah yaitu menikah.

Keenam, dalam ta'aruf tetap dijaga adab berhubungan antara laki-laki dan perempuan. Biasanya ada pihak ketiga yang memperkenalkan. Jadi kemungkinan berkhalwat (berdua-duaan) kecil yang artinya kita terhindar dari zina.

Nah ternyata ta'aruf banyak kelebihannya dibanding pacaran dan Insya Allah diridhoi Allah. Jadi, sahabat……..kita mau mencari kebahagian dunia akhirat dan menggapai ridhoNya atau mencari kesulitan, mencoba-coba melanggar dan mendapat murkaNya?

oetari@alexandria.cc


Kafemuslilmah.com

Pilih-Pilih Calon Suami: Tak Kan Rugi Lebih Selektif

Tri sejak duduk di bangku kelas 2 SMU memang sudah memutuskan untuk tidak pacaran, “Ogah ngabisin waktu, pikiran, hati dan tenaga untuk yang satu itu.” Sebuah prinsip yang sampai lepas kuliah masih teguh dipegangnya. Sebenarnya bukan sekedar prinsip, tapi adalah satu proses baginya untuk lebih mengakrabkan diri membagi waktu, pikiran, hati dan tenaganya hanya untuk Sang Pencipta, Allah SWT. Bagi sebagian orang, mungkin Tri adalah cewek yang tidak beruntung, karena sudah cukup usia belum juga pernah merasakan indahnya masa-masa pacaran. Tapi tidak bagi sebagian yang lain, Tri lebih beruntung dari yang sering pacaran dan gonta-ganti pacar, Tri sudah membuktikan bahwa dirinya tak mudah diraih oleh sembarangan pria, bahwa ia sudah lebih bisa menguasai hatinya, bahwa hidupnya bisa lebih tenang dan aman hingga lebih khusu bercinta pada Sang Khalik semata. Tri yakin bahwa jodohnya ada ditangan Tuhan, ketika saatnya tiba, dia akan datang sendiri dan meminangnya. Tri lebih suka menamakan jodoh dari Tuhan itu dengan sebutan Mujahid. Yang penting baginya adalah bagaimana membimbing dan membina diri sendiri menjadi wanita sholehah.

“Mbak Tri, sebenarnya tipe suami idaman mba yang gimana sih?” tanya Oppie. Gadis ABG, ade satu-satunya Tri.
“Emangnya kenapa?” tanya Tri singkat.
“Mau tahu aja.”
“Abisnya yang ini nggak setuju, yang itu geleng-geleng, Oppie jadi bingung. Emang kriterianya apaan sih?” Tri senyum melihat wajah adiknya serius.

“Yang pertama, taat beragama dan baik akhlaknya, trus menjauhi kemaksiatan, kuat semangat jihadnya, dari keluarga shaleh, taat kepada orang tua, mandiri dalam ekonomi, kualitas setara atau lebih baik, dapat memimpin, bertanggung jawab, adil, berperilaku halus, tidak kikir, dan….”
“Stop… stop… stop!” sela Oppie.
“Yang begituan sih sampe nenek-nenek nggak bakal ketemu mbak,” tambah Oppie.
“Insya Allah ada.” Tegas Tri yakin sambil tersenyum. Oppie menganga, kaget. Dan Tri pun berlalu dari pandangannya.

**

Tri tak salah dalam menetapkan kriteria calon pendamping hidupnya, karena baginya pria yang ada disisinya kelak adalah pria yang bisa diajak ngaji bersama, shalat berjama’ah, belajar, bekerja. Pria yang mampu menanamkan akhlak mulia bagi diri dan anak-anaknya kelak. Tak berlebihan impiannya, toh setiap wanita ingin kehidupannya lebih baik lagi baik di dunia maupun di akhirat. Tak salah kalau kriteria Tri seperti apa yang diungkapnya. Memilih jodoh memang tak perlu tanggung-tanggung, tak baik mengandalkan materi belaka atau kegagahan semata.

Bagi Tri, wanita juga mesti punya kriteria idaman, meskipun tidak melalui pacaran, wanita juga bisa menentukan pilihan yang sesuai dengan prinsipnya. Makanya agar wanita muslim tidak terjerumus dalam perangkap pria yang merugikan kehidupan agama dan rumah tangganya kelak, setiap wanita atau orang tua atau walinya perlu selektif terhadap pria yang meminta dirinya atau anak atau wanita dibawah perwaliannya menjadi istri. Mengingat fungsi suami yang menjadi pemimpin dan contoh yang baik bagi keluarganya, wanita muslim atau orang tua atau walinya tidak boleh menganggap remeh masalah kualitas keagamaan pria yang menjadi calon suaminya.

Banyak cara mengenal calon suami secara singkat tanpa lewat proses pacaran. Seperti yang dilakukan Tri. Tri yakin pendapat banyak orang lebih subyektif daripada pendapat 1 orang. Tentu saja orang yang dimaksud adalah orang-orang yang dapat dipercaya dan terpercaya, seperti pendapat keluarga Tri, keluarga pria itu, para tetangga, sahabat dekat, dan yang terutama adalah sinyal dari Allah. Bagaimana cara Tri melakukan hal itu dalam waktu singkat, bahkan tanpa lewat pacaran? Begini nih….

TAAT BERAGAMA & AKHLAK MULIA
Untuk mengetahui apakah calon suami taat beragama dan berakhlak baik, dapat dilakukan dengan cara:

1. Tanyakan dan selidiki dengan seksama seberapa jauh pria itu beragama dan bagaimana akhlaknya, taat menjalankan shalat 5 waktu, taat menjalankan puasa Ramadhan, patuh pada orang tua, rukun dengan tetangga, dan sikapnya terhadap yang lemah atau miskin.

2. Perhatikan teman-teman pergaulannya, apakah mereka taat menjalankan agama atau suka berbuat maksiat.

MENJAUHI MAKSIAT
1. Menanyakan kepada calon suami atau tetangga dekatnya tentang latar belakang kehidupannya, apakah ia pernah berjudi, minum-minuman keras, melakukan free sex atau tidak, dan bagaimana sikapnya terhadap teman yang berjudi atau minum-minuman keras atau melakukan pergaulan seks bebas.

2. Mengetes pengetahuannya tentang perbuatan-perbuatan yang dipandang dosa besar dalam Islam.

SEMANGAT JIHAD
1. Tanyakan pada teman-teman dekatnya apakah ia suka mengikuti kegiatan dakwah, seperti mengurus masjid, membantu pengajian, dll atau tidak.

2. Amati dan cermati keadaan keluarganya apakah mereka suka membantu kegiatan dakwah atau tidak.

3. Tes calon tersebut dengan beberapa kasus pelanggaran atau pelecehan terhadap agama, apakah yang bersangkutan merasa terpanggil untuk membela agamanya atau tidak. Amati bagaimana sikapnya bila mengetahui ada masjid dibakar oleh orang non Islam, misalnya apakah ia diam atau marah.

DARI KELUARGA SHALIH
1. Cek keluarganya tentang bagaimana shalat, puasa, usahanya mendapatkan rezeki, kewajiban membayar zakat, dll.

2. Cek lingkungan tempat tinggalnya apakah tetangganya orang-orang yang shalih ataukah orang-orang yang suka berbuat maksiat dan di kampungnya terdapat masjid atau tidak.

3. Cek lingkungan kerjanya, apakah ia bekerja ditempat yang melakukan usaha secara halal atau haram dan apakah teman kerjanya suka melakukan kegiatan maksiat atau taat kepada agama.

TAAT PADA ORANG TUA
Tanyakan hal tersebut pada anggota keluarga atau kerabat dekat dan tetangganya.

MANDIRI DALAM EKONOMI
Tanyakan secara langsung, pada keluarga, tetangga atau teman-teman dekatnya tentang apakah ia benar-benar sudah bekerja atau belum. Apakah penghasilannya layak untuk bersuami istri atau belum.

KUALITAS SETARA ATAU LEBIH BAIK
Tes pengetahuan agamanya, intelektualnya (bagaimana sikapnya bila ia tidak punya uang untuk pulang, sedang ia mendapat kabar orang tuanya sakit di kampung), mentalnya (bagaimana sikapnya bila diamanahi uang oleh orang lain, sementara pada saat itu ia butuh uang untuk berobat), emosinya (apa yang dia lakukan bila terlambat mendapat bagian makanan), ketaatannya (bagaimana sikapnya bila dia dilarang masuk ke suatu ruangan, sedangkan di tempat itu dompetnya tertinggal), dan kesungguhan serta ketangguhannya (bagaimana sikapnya bilka disuruh menjaga pintu keluar masuk karyawan, apakah orang yang terlambat dilarang dengan tegas supaya tidak masuk walau saudara sendiri atau calon istri).

DAPAT MEMIMPIN
1. Ajukan tes psikologi yang dapat mengukur tingkat kemampuan kepemimpinan calon.

2. Selidiki tingkah laku dan kepribadian calon dalam pergaulan dengan teman-temannya.

3. Selidiki kepribadian calon di tengah keluarganya, apakah ia orang yang memiliki kemampuan memimpin atau tidak

4. Perhatikan cara dia menyelesaikan tugas-tugas yang diembankan kepadanya, apakah dapat diselesaikan dengan baik atau tidak.

BERTANGGUNG JAWAB
1. Selidiki dan amati dengan seksama perilaku calon dalam memikul tugas-tugas yang diembankan kepadanya. (Misalnya bagaimana sikap ia bila dititipi barang untuk disampaikan kepada orang lain, apakah ia melaksanakannya dengan baik atau tidak)

2. Tanyakan kepada teman-teman dekatnya, bagaimana ia menjalankan tugas-tugas yang menjadi kewajibannya, apakah ia lakukan dengan penuh tanggung jawab atau tidak. (Bagaimana sikapnya bila disuruh orang tua untuk berbelanja, apakah uangnya dibelanjakan dengan benar atau tidak)

3. Teliti kondisi lingkungan dan keluarganya, apakah ia termasuk orang yang suka melakukan tugas-tugas dengan penuh tanggung jawab atau tidak. (Bagaimana sikapnya bila dititipi uang simpanan bersama, apakah dipergunakan untuk kepentingan pribadi atau tidak)

4. Uji calon dengan tugas atau persoalah hingga dapat diketahui seberapa besar tanggung jawabnya menyelesaikan persoalan tersebut.

ADIL
1. Tanyakan pada teman-teman atau keluarga dekatnya, apakah dalam pergaulan dengan mereka ia selalu bertindak adil ataukau terkadang adil, terkadang curang atau lebih banyak curang dari pada adil atau lebih mementingkan diri sendiri dan suka merugikan orang lain.

2. Tes calon dengan beberapa tindakan, misalnya suruh membagikan sumbangan makanan dikampungnya apakah ia mengutamakan teman dekatnya dan mengabaikan orang lain atau memperlakukannya sama.

3. Selidiki kebiasaan dan perilakunya dengan sesama saudara dalam keluarganya, apakah ia orang yang adil ataukah orang yang suka merugikan kepentingan saudaranya.

BERPERILAKU HALUS
1. Perhatikan kebiasaan calon dan keluarganya, apakah mereka suka berbuat kasar dan kejam atau tidak

2. Tanyakan kepada teman-teman atau tetangga dekatnya, apakah calon atau keluarganya sehari-hari berperilaku ramah dan halus atau kasar dan kejam kepada orang.

3. Tanyai para pembantu atau pelayan jika punya, apakah mereka sering diperlakukan kasar dan kejam atau diperlakukan kasar dan kejam atau diperlakukan halus dan terhormat.

4. Ajukan sejumlah pertanyaan yang bersifat tes psikologis sehingga dapat diketahui apakah ia tipe orang yang kasar dan kejam atau halus dan mulia.

TIDAK KIKIR
1. Tanyakan kepada teman, tetangga atau keluarganya, apakah calon bersifat kikir atau dermawan.

2. Uji dengan beberapa kasus, misalnya minta bantuan memenuhi kebutuhan anak yatim atau orang jompo.

3. Teliti kebiasaan keluarganya, apakah mereka kikir atau dermawan.

TIDAK LEMAH SYAHWAT
1. Tanyakan kepada calon tentang keadaan dirinya. Sang calon tentunya harus menjawab dengan jujur atau dengan nama Allah. Jika ternyata ia berbohong, ia harus berani bertanggung jawab menanggung resikonya kelak. Cara ini kurang efektif, namun sebagai seorang muslim cara ini menumbuhkan tanggung jawab akhirat yang jauh lebih berat bagi yang bersangkutan.

2. Minta calon untuk melakukan tes kesehatan seksual, apakah ia termasuk orang yang lemah syahwat atau normal.

SUBUR DAN SENANG BERKETURUNAN
1. Apakah dia senang punya anak atau tidak?

2. Minta calon untuk lakukan tes kesehatan guna mengetahui apakah ia memiliki benih subur atau tidak.

Begitu banyak hal yang mesti wanita muslimah utarakan dengan jujur berkaitan dengan memilih pasangan yang tepat. Memang perlu waktu dan proses, nikmatilah proses itu dengan tetap menjaga kehormatan diri dan kemuliaan akhlak. Untuk mencari jawaban atas cara-cara di atas, wanita muslimah bisa meminta bantuan orang-orang terdekatnya yang dapat dipercaya. Mungkin tak semua cara dilakukan, yang penting wanita muslimah lebih tahu apa yang dimaunya. Pokoknya tak kan rugi lebih selektif memilih suami, wong taruhannya surga atau neraka. Kalau pun belum dapat yang sesuai sementara usia terus bertambah, jangan gundah karena Allah pasti punya rencana A, B, C, etc yang lebih baik lagi untuknya. Allah melihat proses dari suatu persoalan, bukan melihat pada hasilnya.

(Fairuz, Sumber: Memilih suami, M. Thalib)


kafemuslimah.com

Rebutlah Gelar Wanita Sholehah

Pertama-tama adalah mesti engkau sadari, bahwa sesungguhnya aku tak akan menilai kecantikan wajahmu dibalik jilbab yan engkau kenakan, serta harta yang kau miliki sebagai daya tarik untuk menikahimu. Tapi kecantikan hati, perilaku, serta ketaatanmu kepada Dienul Islam itu yang utama. Memang hal ini sangat musykil di zaman yang telah penuh dengan noda-noda hitam akibat perbuatan manusia, sehingga wanita-wanitanya sudah tidak malu lagi untuk menjual kecantikannya dan berlomba-lomba memperlihatkan aurat dengan sebebas-bebasnya demi memuaskan hawa nafsu jahatnya. Namun itulah yang diajarkan Rasulullah SAW, kepada kita melalui haditsnya :

“Janganlah engkau peristrikan wanita karena hartanya, sebab hartanya itu menyebabkan mereka sombong. Dan jangan pula kamu peristrikan wanita karena kecantikannya, karena boleh jadi kecantikannya itu dapat menghinakan dan merendahkan martabat mereka sendiri. Namun peristrikan wanita atas dasar Diennya. Sesungguhnya budak hitam legam kulitnya tetapi Dienya lebih baik, lebih patut kamu peristrikan“. (HR. Bukhori)

Dan Allah pun tak akan melihat kebagusan wajah dan bentuk jasadmu. Tapi Dia menilai hati dan amal yang kau lakukan. Hendaknya engkau yakin bahwa wanita-wanita salafusshaleh adalah panutanmu, yang telah mendapat bimbingan dari nabi Muhammad SAW.

Contohlah Ummu Khomsa yang tersenyum gembira mendengar anak-anaknya gugur dalam medan pertempuran. Tentunya engkau heran, mengapa seorang ibu seperti itu ? jawabnya adalah karena ia yakin bahwa jannah telah menanti anaknya di akhirat, sedangkan engkau tahu, tak seorangpun yang tidak menginginkan akhir hidup di tempat yang penuh kenikmatan itu.

Katakanlah kepada anak-anakmu kelak :
…janganlah engkau bimbang dan ragu wahai anakku, kalau kamu syahid daripada sibuk mengumpulkan hartadan memburu pangkat. Maka kalau kamu ingin termasuk ke dalam golongan-golongan pejuang ISLAM yang benar-benar memperjuangkan hak Allah dan Rasul-Nya. Serahkan dirimu dan ketaqwaan yang kuat dan tanamkan pula dalam hatimu iman serta keinginan untuk menemuin-Nya secara syahid. Bayangkanlah bahwa jannah sedang menanti, bersama para bidadari yang sedang berhias menanti kekasih-kekasihnya, yaitu kamu sendiri. Seperti Firman Allah :

“Dan didalam Jannah itu ada bidadari-bidadari bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik” (QS 56 : 22-23) Ajarkanlah pada anak-anak kita kelak, bahwa hidup dalam ISLAM tidak berarti mencari kenikmatan semu di dunia ini sehingga mereka bersenang-senang didalamnya dan lupa akan Akhirat. Padahal Rasulullah mengajarkan “ Addunya mazra’atul akhiroh (Dunia adalah ladangnya akhirat). Jadi dunia bukan tujuan akhir, tapi hanya sekedar jembatan untuk menuju kehidupan akhirat yang lebih baik dan kekal sehingga mereka mengerti bahwa mencari keridhoan Allah berarti pengorbanan yang terus menerus, Seperti Firman-Nya :

“ Dan diantara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhoan Allah dan Allah maha penyantun kepada hamba-hambanya”. (QS. Al Baqarah : 207)

Akhirnya merekapun tahu bahwa jalan yang mereka pilih itu tidak menjanjikan harta di dunia ini yang banyak, rumah mewah, kendaraan yang banyak, atau kasur-kasur yang empuk, pangkat dan wanita, tapi jalan mereka semua adalah jalan yang penuh dengan duri-duri cobaan serta seribu datu macam tantangan. Karena Allah tidak akan memberi Jannah kepada kita dengan harga yang murah.

Berdo’alah kepada-Nya agar engkau lahirkan kelak dari rahimmu seorang anak pewaris perjuangan nabi-nabi-Nya yang senantiasa mereka mendo’akan kita. Didiklah mereka agar taat dan berbuat baik kepada kita serta tidak menyekutukan Allah, seperti yang diwasiatkan Luqman kepada anak-anaknya (31:31). Fahamkan mereka bahwa pewaris perjuangan Rasul dan Nabi bukanlah berarti mereka hanya menjadi pejuang di medan jihad, tapi juga seorang abid (zuhud) di malam hari. Anak kita kelak adalah amanah dari-Nya oleh sebab itu Allah akan murka seandainya kita menyia-nyiakannya. Pembentukan pribadi anak itu sangat tergantung kepada kita yang mendidiknya. Apakah ia akan menjadi orang yang beriman atau sebaliknya. Hendaklah engkau perhatikan makanan untuk mereka, pergaulannya serta pilihkan pendidikan yang mereka ikuti.

Jadilah engkau seperti Siti Maryam yang dapat mendidik Isa a.s. di tengah-tengah cemoohan dan cacian masyarakat. Atau Siti Asiyah(istri fir'aun) yang dapat memupuk keimanan Musa a.s. di dalam istana yang penuh dengan kedurhakaan dan kekufuran. Kemudian Masyitoh yang mampu memantapkan hati anak-anaknya walaupun harus menghadapi air yang mendidih demi kebenaran. Atau deperti Siti Khadijah R.ha. Aisyah R.ha, Sayidina Fatimah R.ha yang membesarkan anak-anaknya di tengah-tengah kemiskinan.

Bila engkau telah memahami tugas terhadap anak-anakmu dalam Islam, maka mudah-mudahan Allah akan memberkahi ktia dengan memberikan anak-anak yang sholeh, yang bersedia mengorbankan nyawanya demi mematuhi perintah Allah, seharusnyalah engkau faham juga bahwa dunia ini adalah perhiasan dan sebaik baiknya perhiasan adalah wanita sholehah.

Dan salah satu ciri yang harus engkau miliki jika ingin menjadi wanita sholehah dan bersedia untuk taat terhadap suamimu kelak seperti Firman-Nya dalam surat An-Nisaa :34 bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi wanita dan istri yang baik adalah mereka yang setia (taat) kepada suami dan selalu memelihara kehormatannya selama suaminya tidak ada di rumah.

Hendaklah engkau berbeda dengan wanita-wanita saat ini yang benyak melalaikan suami dan anak-anaknya, mereka lebih sibuk dengan karir, arisan, undangan, atau menyia-nyiakan uang dan waktu dengan hal-hal yang tidak berguna, serta cenderung pamer wajah dan aurat kepada yang bukan muhrimnya. Carilah ridha suami dengan cara-cara yang telah diyariatkan Islam, karena Rasulullah telah bersabda :

“Wahai Siti Fatimah, kalau engkau mati dalam keadaan Ali tidak ridha padamu, niscaya aku ayahandamu tidak akan menyolatkanmu“.

Jadilah engkau perhiasan yang tinggi nilainya di dalam rumah tangga, sumber penyejuk dan kebahagiaan hati suami, berhiaslah engkau untuk menyenangkan suami, jagalah hatinya agar engkau tak menyakiti dia. Walaupun dengan hal-hal yang kecil. Katakan kepadaku jika akan berangkat mencari nafkah :

“Wahai suamiku carilah rezeki yang halal disisi Allah, janganlah engkau pulang membawa rezeki yang haram untuk kami. Kami rela berlapar dan hidup susah dengan makanan yang halal.”

Dan janganlah engkau cegah, jika aku hendak meninggalkanmu berhari-hari karena memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya. Tabahlah seperti tabahnya Siti Hajar dan Ismail yang ditinggalkan Ibrahim a.s. ditengah padang pasir yang tandus. Jika aku mengikuti jejak yasir, maka ikutilah di belakangku sebagai sumayyah, bila kukatakan kepadamu “perjuangan itu pahit” maka jawablah olehmu “Jannah itu Manis”

Sudah kiranya yang ingin aku sampaikan padamu, hendaklah engkau pahami dan ikuti seperti yang telah aku tunjukkan kepadamu tapi harus diingat bahwa engkau melakukannya karena Allah bukan karena aku, semoga Allah meridhoi kita dan memberi kemudahan dalam mengikuti petunjuknya, amin.

antithogut


Kafemuslilmah.com

Setetes Embun

Assalamu'alaikum...

Jangankan lelaki biasa, Nabi pun terasa sunyi tanpa wanita. Tanpa mereka, hati, fikiran, perasaan lelaki akan resah. Masih mencari walaupun sudah ada segala- galanya. Apalagi yang tidak ada di syurga, namun Nabi Adam a.s. tetap merindukan siti hawa.

Kepada wanitalah lelaki memanggil ibu, istri atau puteri. Dijadikan mereka dari tulang rusuk yang bengkok untuk diluruskan oleh lelaki, tetapi kalau lelaki sendiri yang tidak lurus, tidak mungkin mampu hendak meluruskan mereka.

Tak logis kayu yang bengkok menghasilkan bayang-bayang yang lurus. Luruskanlah wanita dengan cara petunjuk Allah, karena mereka diciptakan begitu rupa oleh mereka. Didiklah mereka dengan panduan dariNya: JANGAN COBA JINAKKAN MEREKA DENGAN HARTA, NANTI MEREKA SEMAKIN LIAR, JANGAN HIBURKAN MEREKA DENGAN KECANTIKAN, NANTI MEREKA SEMAKIN MENDERITA.

Yang sementara itu tidak akan menyelesaikan masalah, Kenalkan mereka kepada Allah, zat yang kekal, disitulah kuncinya. AKAL SETIPIS RAMBUTNYA, TEBALKAN DENGAN ILMU, HATI SERAPUH KACA, KUATKAN DENGAN IMAN, PERASAAN SELEMBUT SUTERA, HIASILAH DENGAN AKHLAK.

Suburkanlah karena dari situlah nanti merka akan nampak penilaian dan keadilan Tuhan. Akan terhibur dan berbahagialah mereka, walaupun tidak jadi ratu cantik dunia, presiden ataupun perdana mentri negara atau women gladiator. Bisikkan ke telinga mereka bahwa kelembutan bukan suatu kelemahan. Itu bukan diskriminasi Tuhan. Sebaliknya disitulah kasih sayang Tuhan, karena rahim wanita yang lembut itulah yang mengandungkan lelaki2 wajah: negarawan, karyawan, jutawan dan wan-wan lain. Tidak akan lahir superman tanpa superwoman. Wanita yang lupa hakikat kejadiannya, pasti tidak terhibur dan tidak menghiburkan. Tanpa ilmu, iman dan akhlak, mereka bukan saja tidak bisa diluruskan, bahkan mereka pula membengkokkan.

LEBIH BANYAK LELAKI YANG DIRUSAKKAN OLEH PEREMPUAN DARIPADA PEREMPUAN YANG DIRUSAKKAN OLEH LELAKI. SEBODOH-BODOH PEREMPUAN PUN BISA MENUNDUKKAN SEPANDAI-PANDAI LELAKI.

Itulah akibatnya apabila wanita tidak kenal Tuhan. Mereka tidak akan kenal diri mereka sendiri, apalagi mengenal lelaki. Kini bukan saja banyak boss telah kehilangan secretary, bahkan anakpun akan kehilangan ibu, suami kehilangan istri dan bapa akan kehilangan puteri. Bila wanita durhaka dunia akan huru-hara. Bila tulang rusuk patah, rusaklah jantung, hati dan limpa. Para lelaki pula jangan hanya mengharap ketaatan tetapi binalah kepemimpinan.

Pastikan sebelum memimpin wanita menuju Allah PIMPINLAH DIRI SENDIRI DAHULU KEPADA-NYA. jinakan diri dengan Allah, niscaya jinaklah segala-galanya dibawah pimpinan kita.

JANGAN MENGHARAP ISTRI SEPERTI SITI FATIMAH, KALAU PRIBADI BELUM LAGI SEPERTI SAYIDINA ALI.

Dikutip dari milis Padang Mbulan dari sebuah e-mail yang dipostingkan oleh Enny Handayani (1/12/1999)

Surah Qaf Sebagai Penyebab Hidayahku

Seorang wanita yang telah bertobat bercerita:
Dahulu aku tenggelam dalam gelapnya kemaksiatan. Sering ibuku menasehatiku sampai menangis tapi kuanggap angin lalu saja, dan aku masih terus berjalan di jalan yang gelap ini, aku larut dengan angan-angan dan hayalan.

Ketika hari berganti dengan malam yang gelap gulita akau berfikir juga apa yang akan kulakukan esok hari. Dan pada siang hari aku berfikir juga tentang apa yang akan kulakukan untuk menghabiskan waktu malam. Pikiranku hanya terfokus pada urusan dunia saja dan menghabiskan waktu tanpa manfaat sedikitpun, hari-hariku berlalu dengan nyanyian, majalah, dan film-film cabul, begitulah keadaanku yang telah diliputi kelalaian.

Suatu hari aku merasa bosan dengan aktivitasku yang monoton, juga dengan nasehat ibuku yang mengingatkanku pada ayahku yang telah meninggal dunia, mudah-mudahan Allah merahmatinya. Aku masuk ke kamar yang penuh kaset, majalah dan gambar-gambar, tiba-tiba aku mendengar suara imam masjid yang menggetarkan pendengaranku, gema kalam ilahi telah menggetarkan hatiku, 'Subhanallah, alangkah agungnya kalam itu'.

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. Dan datanglah sakaratul maut yang sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya. Dan ditiupkalah sangkakala. Itulah hari terlaksananya ancaman. Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat, penggiring dan seorang malaikat penyaksi. Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam. Dan yang menyertai dia berkata: 'Inilah (catatan amalnya) yang tersedia pada sisiku'. Allah berfirman: 'Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala, yang sangat enggan melakukan kebajikan, melanggar batas lagi ragu-ragu, yang menyembah sembahan yang lain beserta Allah maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat'. Yang menyertai (syetan) dia berkata (pula): 'Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya tetapi dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh'. Allah berfirman: 'Janganlah kamu bertengkar di hadapan-Ku, padahal sesungguhnya Aku dahulu telah memberikan ancaman kepadamu'. Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku. (Dan ingatlah akan) hari (yang pada hari itu) Kami bertanya kepada jahannam: 'Apakah kamu sudah penuh?' Dia menjawab: 'Masih adakah tambahan?'". (QS. Qaaf : 16-30).

Ketika pada kehidupan sesungguhnya, alangkah dahsyatnya kematian, dan begitu lalainya aku. Seolah-olah kubur terhalangi oleh kelalaian dalam hidupku. Shalat kulakukan sebatas kebiasaan, kalau ada kesempatan aku kerjakan, kalau tidak aku tinggalkan. Demikian pula dengan kewajiban-kewajiban yang lain.

Kitab Allah tak pernah aku sentuh kecuali di sekolah, dan itupun kalau aku ikut pelajaran, kalau tidak, aku akan pergi dengan teman-temanku . . .!

Kini lonceng peringatan sudah berbunyi dan bergema dalam jiwaku. Aku dikelilingi oleh pertanyaan-pertanyaan dari segala penjuru, 'Ya Ilahi apa yang telah kupersiapkan untuk menjawab pertanyaan-Mu?, apa yang telah kupersiapkan untuk alam kubur dan kematian?, tidak ada . . ! Aku tidak punya apa-apa selain hafalan-hafalan lagu-lagu sesat, ya Ilahi, apa yang harus aku lakukan? Aku habiskan usiaku dalam gelimang dosa siang dan malam.

Jika aku harus kembali . . . kembali kepada Allah . . . dan bersiap-siap menghadapi hari dimana lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil (QS. Al-Haj : 2) . . . aku harus bangkit dan bekerja dengan giat dan ikhlas. Mudah-mudahan Allah mengampuni segala kelalaianku dan menerima kebaikanku yang sedikit . . . tiada daya dan upaya selain dari Allah SWT'.

Dikutip dari : Hakikat Taubat
diambil dari www.alirsyad-alislamy.or.id


kafemuslimah.com

Surat Seorang Ikhwan

Assalamualaikum Wr Wb

Maaf jika saya berlaku tidak sopan dalam kata kata saya sebenarnya ini uneg uneg saya terhadap keadaan kaum muslimah sekarang ini dan protes kepada majalah muslimah, saya sangat kasihan melihat akhwat yang jilbabnya benar benar seorang muslimah bisa dicap jilbab gampangan hanya karena sekarang ini fenomena kerudung gaul atau jilbab gaul menjadi trend dimana mana jadi kasihan mereka jadi ikut ikutan kebawa bawa.

Kepada muslimah saya selaku seorang mukmin diharuskan mengingatkan saudaranya jika ia berbuat salah, melalui email ini saya hanya mengingatkan muslimah agar selektif dalam menampilkan busana muslimah yang sesuai dengan yang digariskan Al Quran dan dilebih gariskan lagi oleh Al Hadist, hal ini menyoal karena muslimah adalah media untuk syiar Islam terutama dikalangan muslimah contoh yang tak sesuai yang digariskan adalah foto dari seorang wanita yang terlihat memakai penutup kepala modis maaf saya menyebutkan bukan jilbab karena tidak nampak seperti jilbab pada rubrik Renung yang dibawakan oleh Renny Novia M Putri pada edisi No 16 Tahun II Ramadhan 1424 H November 2003.

Untuk itu saya mohon agar muslimah lebih selektif dalam menampilkan foto-fotonya agar sesuai dengan syariah dan agar tidak menimbulkan fitnah Juga saya ingin komentar terhadap artist ? artist yang kini mengatakan jilbab gaul is ok tetapi tidak tahu persolan mendasar dari fenomena jilbab gaul seperti yang terjadi kini jilbab di aksesori dimodifikasi hingga nilai syariah dan nilai-nilai Islamnya tertinggal apalagi dengan ditampikkannya hukum dan syarat - syarat yang harus dilaksanakan dalam memakai jilbab, jadi apa yang dikatakan Hj Lutfiah Sungkar dalam wawancaranya disebuah TV swasta yang mengatakan jilbab itu harus menutup sampai dada seperti yang tertera dalam Suarat An Nur : 31 dan fenomena yang terjadi ini harus diperbaiki untuk itulah muslimah selaku majalah remaja muslim hendaknya sejalan dengan misi-misi Islam.

Terima kasih.

Memakai jilbab atau hijab itu hukumnya wajib, sebagaisuatu keharusan yang pasti atau mutlak bagi wanita dewasa yang mukminat atau muslimat. Dasarnya adalah Kitabullahdan Sunnaturrasul. Mengenai kewajiban berjilbab dan berkerudung bagi wanita mukminat Allah SWT telah berfirman dalam surat Al Ahzab ( 33) ayat 59 yang berbunyi: " Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak- anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin : Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dan Surat An Nur ( 24 ) ayat 31 yang berbunyi : Katakanlah kepada wanita yang beriman hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlahg mereka menampakkanperhiasannya, kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung jilbab ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera- putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara - saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera- putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan- pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan terhadap wanita atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah meeka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung

Jelaslah kedua ayat ini menunjukkan bahwa Allah SWT telah mewajibkan kepada wanita yang beriman supaya mereka mengenakan jilbabnya. Ketika turun surat An Nur (24) ayat 31 yang memerintah wanita mukminat supaya mengenakan kerudungnya, para sahabiat (muslimah) melaksanakannya dengan sungguh- sungguh, seperti dalam hadist Berkatalah Aisyah : Mudah-mudahan Allah mengasihi (merahmati) para wanita muhajirat ketika Allah Turunkan ayat : Dan ulurkanlah kerudung-kerudung mereka itu hingga kedadanya. Mereka semua kain-kain yang belum dijahit, lalu mereka gunakan buat kerudung(HR Bukhari).

Batas aurat seorang perempuan yang wajib ditutupi ialah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan sampai pergelangan telapak tangan, ini berdasarkan Hadist Nabi SAW, yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Aisyah, katanya : Hai Asma ! Sesungguhnya perempuan itu apabila telah dewasa/ sampai umur, maka tidak patut menampakkan sesuatu dari dirinya melainkan ini dan ini.

Rasulullah SAW berkata sambil menunjuk muka dan kedua telapak tangan hingga pergelangannya sendiri:. Dalam riwayat lain dinyatakan bahwa : wanita itu ( mesti ) ditutup. Jelaslah bahwa tubuh wanita adalah aurat yang wajib ditutup kecuali muka dan telapak tangan hingga pergelangannya.

Berikut ini Hadist Nabi Muhammad SAW yang antara lain diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim : Ummu Athiyah berkata : Kami (kaum wanita) diperintahkan mengeluarkan para wanita yang sedang haidh pada hari raya dan juga gadis pingitan untuk menghadiri (menyaksikan) jama'ah dan doa kaum muslimin, tetapi wanita yang sedang haidh untuk supaya menjauh dari tempat sholatnya. Seorang perempuan bertanya : YA Rasulullah, salah satu dari kami tidak mempunyai jilbab. Jawab Nabi SAW : Hendaklah temannya meminjamkan untuk dia jilbabnya.

Hadist tersebut menguatkan kewajiban berjilbab yang tertera dalam surat Al Ahzab (33 ) ayat 59. Ketika Rasulullah SAW menyerukan kepada seluruh wanita muslimat untuk menghadiri shalat hari raya ada seorang wanita yang menyatakan di antara para wanita ada yang tidak memiliki kain jilbab.

Ternyata Rasulullah tidak membiarkannya atau tidak memakluminya untuk boleh turut hadir tanpa jilbab. Bahkan Rasulullah SAW menyuruhnya pinjam atau dipinjamkan temannya. Dalam riwayat lain bahwa Rasulullah SAW menekankan kepada para muslimat agar berusaha mengenakan jilbabnya walau harus pinjam ke orang lain. Mengenakan jilbab itu diwajibkan bagi wanita muslimat, sama dengan kewajiban-kewajiban yang lainnya, seperti shalat, puasa, zakat dan lain-lainnya. Dalam arti kata, jilbab itu wajib hukumnya, apabila tidak dilaksanakan maka ia berdosa, apabila dilaksanakania berpahala. Dengan kata lain, jilbab itu mempunyai sangsi yang besar sebagaimana halnya shalat, puasa, zakat dan lain-lainya atau mempunyai sangsi yang besar apabila tidak dilaksanakan. Semua itu wajib bagi wanita muslimat yang beriman.

Persyaratan jilbab Persyaratan yang harus dipenuhi sehingga jilbab sah untuk dipakai :

1. Busana (jilbab) harus menutupi seluruh tubuhnya selain yang dikecualikan (tangan dan telapaknya serta wajah), bagian leher bagian depan sampai dada atas pada kombinasi jilbab gaul juga harus tertutup begitu juga bagian leher belakang / tengkuk leher juga harus tertutup rapat, kaki tertutup termasuk dari mata kaki kebawah, bagian tangan tertutup hingga batas pergelangan telapak tangan.

2. Busana yang bukan untuk perhiasan kecantikan, atau tidak berbentuk pakaian aneh yang menarik perhatian dan tidak berparfum sangat menyengat sekitarnya.

3. Tidak tipis sehingga tampak bentuk tubuhnya

4. Tidak sempit sehingga tampak bentuk tubuhnya

5 .Busana yang tidak menampakkan betisnya/kakinya atau celana panjang yang membentuk kakinya (permanent press) atau yang buntung celana panjangnya dan harus menutup sampai mata kakinya

6. Tidakmenampakkan rambutnya walaupun sedikit dan tidak pula lehernya walaupun sedikit terlihat

7.Busana yang tidak menyerupai pakaian laki-laki dan tidak mnyerupai pakaian wanita-wanita kafir/ yang tidak Islami

fi3adi shinichi_kudo19@plasa.com


Kafemuslilmah.com

Hapuslah Air Mata di Pipi, Hilangkan Lara di Hati

Kegelisahan, kedukaan dan air mata adalah bagian dari sketsa hidup di dunia. Tetesan air mata yang bermuara dari hati dan berselaputkan kegelisahan jiwa terkadang memilukan, hingga membuat keresahan dan kebimbangan.

Kedukaan karena kerinduan yang teramat sangat dalam menyebabkan kepedihan yang menyesakkan rongga dada. Jiwa yang rapuh pun berkisah pada alam serta isinya, bertanya, dimanakah pasangan jiwa berada. Lalu, hati menciptakan serpihan kegelisahan, bagaikan anak kecil yang hilang dari ibunya di tengah keramaian.

Keinginan bertemu pasangan jiwa, bukankah itu sebuah fitrah? Semua itu hadir tanpa disadari sebelumnya, hingga tanpa sadar telah menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan. Sebuah fitrah pula bahwa setiap wanita ingin menjadi seorang istri dan ibu yang baik ketimbang menjalani hidup dalam kesendirian. Dengan sentuhan kasih sayang dan belaiannya, akan terbentuk jiwa-jiwa yang sholeh dan sholehah.

Duhai...
Betapa mulianya kedudukan seorang wanita, apalagi bila ia seorang wanita beriman yang mampu membina dan menjaga keindahan cahaya Islam hingga memenuhi setiap sudut rumahtangganya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala pun telah menciptakan wanita dengan segala keistimewaannya, hamil, melahirkan, menyusui hingga keta'atan dan memenuhi hak-hak suaminya laksana arena jihad fii sabilillah. Karenanya, yakinkah batin itu tiada goresan saat melihat pernikahan wanita lain di bawah umurnya? Pernahkah kita menyaksikan kepedihan wanita yang berazam menjaga kehormatan diri hingga ia menemukan kekasih hati? Dapatkah kita menggambarkan perasaannya yang merintih saat melihat kebahagiaan wanita lain melahirkan? Atau, tidakkah kita melihat kilas tatapan sedih matanya ketika melihat aqiqah anak kita?

Letih...
Sungguh amat letih jiwa dan raga. Sendiri mengayuh biduk kecil dengan rasa hampa, tanpa tahu adakah belahan jiwa yang menunggu di sana.

Duhai ukhti sholehah...
Dalam Islam, kehidupan manusia bukan hanya untuk dunia fana ini saja, karena masih ada akhirat. Memang, setiap manusia telah diciptakan berpasangan, namun tak hanya dibatasi dunia fana ini saja. Seseorang yang belum menemukan pasangan jiwanya, insya Allah akan dipertemukan di akhirat sana, selama ia beriman dan bertaqwa serta sabar atas ujian-Nya yang telah menetapkan dirinya sebagai lajang di dunia fana. Mungkin sang pangeran pun tak sabar untuk bersua dan telah menunggu di tepi surga, berkereta kencana untuk membawamu ke istananya.

Keresahan dan kegelisahan janganlah sampai merubah pandangan kepada Sang Pemilik Cinta. Kalaulah rasa itu selalu menghantui, usah kau lara sendiri, duhai ukhti. Taqarrub-lah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kembalikan segala urusan hanya kepada-Nya, bukankah hanya Ia yang Maha Memberi dan Maha Pengasih. Ikhtiar, munajat serta untaian doa tiada habis-habisnya curahkanlah kepada Sang Pemilik Hati. Tak usah membandingkan diri ini dengan wanita lain, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala pasti memberikan yang terbaik untuk setiap hamba-Nya, meski ia tidak menyadarinya.

Usahlah dirimu bersedih lalu menangis di penghujung malam karena tak kunjung usai memikirkan siapa kiranya pasangan jiwa. Menangislah karena air mata permohonan kepada-Nya di setiap sujud dan keheningan pekat malam. Jadikan hidup ini selalu penuh dengan harapan baik kepada Sang Pemilik Jiwa. Bersiap menghadapi putaran waktu, hingga setiap gerak langkah serta helaan nafas bernilai ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tausyiah-lah selalu hati dengan tarbiyah Ilahi hingga diri ini tidak sepi dalam kesendirian.

Bukankah kalau sudah saatnya tiba, jodoh tak akan lari kemana. Karena sejak ruh telah menyatu dengan jasad, siapa belahan jiwamu pun telah dituliskan-Nya.

Sabarlah ukhti sholehah...
Bukankah mentari akan selalu menghiasi pagi dengan kemewahan sinar keemasannya. Malam masih indah dengan sinar lembut rembulan yang dipagar bintang gemintang. Kicauan bening burung malam pun selalu riang bercanda di kegelapan. Senyumlah, laksana senyum mempesona butir embun pagi yang selalu setia menyapa.

Hapuslah air mata di pipi dan hilangkan lara di hati. Terimalah semua sebagai bagian dari perjalanan hidup ini. Dengan kebesaran hati dan jiwa, dirimu akan menemukan apa rahasia di balik titian kehidupan yang telah dijalani. Hingga, kelak akan engkau rasakan tak ada lagi riak kegelisahan dan keresahan saat sendiri.

Semoga. Wallahua'lam bi shawab.

*MERENGKUH CINTA DALAM BUAIAN PENA*
Al-Hubb Fillah wa Lillah,
Penulis: Abu Aufa

Catatan: Tulisan ini adalah hasil editing dari tulisan lamanya Abu Aufa yang berjudul Usah Kau Lara Sendiri.
Abu Aufa : (Penulis buku Diari Kehidupan 2, telah diterbitkan oleh PT Syaamil Cipta Media, Bandung, 2004)


kafemuslimah.com

Cerita Pendek KH A Mustofa Bisri : Mbok Yem

Alhamdulillah, sebelum wukuf di Arafah aku bisa menemukan ibu dan adikku di pondokan mereka di Mekkah. Mereka tinggal di kamar yang sempit bersama 4 pasang suami-istri. Masing-masing menempati kapling semuat dua orang yang hanya diberi sekat kopor-kopor. Di tengah-tengah ada sedikit ruang kosong yang dipenuhi bermacam-macam makanan dan peralatan makan. Ibu memperkenalkan saya kepada kawan-kawan kelompoknya.

"Ini anak saya yang belajar di Mesir;" katanya bangga. "Sudah empat tahun tidak pulang."

Malu-malu saya menyalami mereka satu per satu. Di antara mereka itu ada dua sejoli yang sudah sangat tua. Lebih tua dari ibu. Yang laki-laki dan dipanggil Mbah Joyo lebih tua lagi. Beberapa tahun lebih tua dari Mbok Yem, istrinya. Berbeda dengan Mbah Joyo yang agak pendiam, Mbok Yem orangnya ramah dan banyak bicara, mendekati ceriwis.

Yang kemudian menarik perhatian, sekaligus membuatku agak geli, adalah kemesraan kedua sejoli itu. Mereka laiknya pengantin baru saja. Seperti tidak menghiraukan senyum-senyum dan lirikan-lirikan menggoda kawan-kawannya yang memperhatikan mereka, Mbok Yem menggelendot manja di pundak Mbah Joyo.

"Pak, kita beruntung ya," katanya sambil mengelus rambut suaminya yang putih bagai kapas. "Nak Mus ini belajar agama di Mesir, dia bisa menjadi muthawwif kita dan membimbing manasik kita." Lalu ditujukan kepadaku, "Bukan begitu, Nak Mus?"

Aku mengangguk saja sambil tersenyum.

"Kalau perlu Nak Mus pasti tidak keberatan mengantar kita ke mana-mana," katanya lagi. "Nanti Mbok Yem bikinkan sayur asem kesukaan Mbah Joyo. Mbok Yem paling ahli bikin sayur asem. Tanyakan Mbah Joyo ini, lidahnya sampai njoget jika Mbok Yem masak sayur asem."

"Tapi dia juga baru sekarang ini ke Mekkah," tukas ibuku. "Jadi di sini pengalamannya tidak lebih banyak dari kita-kita ini."

"Ya, tapi Nak Mus kan pasti pandai bahasa Arab; jadi tak akan kesasar dan bisa menolong kita jika belanja. Kita tak perlu lagi menawar-nawar pakai bahasa isyarat, kaya orang bisu."

Orang-orang pada ketawa.

"Tapi, Nak Mus ini kan tidak tinggal di sini bersama kita," kata salah seorang jamaah sambil menyodorkan segelas teh. "Terima kasih!" aku menyambut teh panas yang disodorkan.

"Ya, Nak Mus tinggalnya di mana?" tanya yang lain.

"Saya tinggal bersama kawan-kawan mahasiswa yang lain," kataku, "tapi tidak jauh dari sini kok. Saya bisa sering kemari."

"Nah, Pak, nanti kita bisa jalan-jalan ke mana saja tanpa khawatir," kata Mbok Yem lagi sambil memijit-mijit lengan Mbah Joyo. "Kita punya pengawal yang masih muda dan bisa berbahasa Arab."

"Kamu ini bagaimana," Mbah Joyo yang dari tadi hanya diam dan senyum-senyum tiba-tiba angkat bicara. "Nak Mus ke sini ini kan bukan untuk kamu saja. Tapi terutama untuk ibu dan adiknya yang sudah lama tidak bertemu. Mereka pasti ingin berkangen-kangenan."

"Ya, saya tahu," sahut Mbok Yem sambil mleroki suaminya. "Saya juga tidak bermaksud menguasai Nak Mus sendiri. Maksud saya kita bisa nginthil, ikut bersama-sama ibu dan mbak bila mereka ke masjid atau ke mana saja."

"Enak saja!"

"Sudah, sudah," kata ibuku memotong. "Sudah jam setengah sebelas. Ayo kita siap-siap ke masjid!"

***

Alhamdulillah, sejak di Arafah saya bisa bergabung bersama rombongan ibu. Malam menjelang wukuf, kami sudah sampai ke padang luas yang menjadi seperti lautan tenda itu. Beberapa orang tampak letih. Justru Mbok Yem dan Mbah Joyo --anggota rombongan yang paling tua-- sedikit pun tidak memperlihatkan tanda-tanda kelelahan. Bahkan pancaran semangat dua sejoli ini tampak jelas seperti mempermuda usia mereka. Ketika paginya, saya ajak mereka keluar kemah untuk melihat suasana Arafah yang begitu luar biasa. Meski mentari belum begitu mengganggu dengan sengatan panasnya, dia telah memberikan cahayanya yang benderang pada hamparan putih Arafah. Sejauh mata memandang, putih-putih tenda dan putih-putih kain ihram mendominasi pemandangan. Di sana-sini bercuatan bendera-bendera negara atau sekadar tanda rombongan jamaah tertentu. Dari kejauhan tampak "bukit manusia" dengan puncak sebuah tugu yang juga berwarna putih. "Apakah itu Jabal Rahmah?"

"Ya, itulah Jabal Rahmah."

"Apa betul itu tempat pertemuan pertama Bapa Adam dengan Ibu Hawa setelah mereka turun dari sorga?"

"Wallahu a’lam ya, tapi memang banyak yang percaya."

"Apa kita akan ke sana?"

"Ah, tak perlu. Lagi pula itu jauh. Kelihatannya saja dekat. Wukuf yang penting di Arafah, beristighfar dan berdoa. Di sini saya kira kita bisa lebih khusyuk."

Ketika kembali ke kemah, tampaknya kawan-kawan jamaah masih membawa kesan mereka dari melihat panorama yang belum pernah mereka saksikan itu.

"Orang kok sekian banyaknya itu dari mana saja ya?"v "Ya, ada yang hitam sekali, putih sekali, yang coklat, malah ada yang seperti tomat kemerah-merahan."

"Sekian banyak orang kok pakaiannya putih-putih semua, masya Allah!"

Semua yang berbicara itu mengarahkan pandangannya kepadaku, seolah-olah komentarku memang mereka tunggu. Atau ini hanya perasaanku saja. Tapi aku bicara juga. "Kata guru saya, inilah gambaran mini nanti saat kita di padang Makhsyar, ketika semua orang dibangunkan dari alam kubur. Tak ada kaya tak ada miskin; tak ada orang besar tak ada orang kecil; tak ada bangsawan tak ada jelata; semuanya sama. Semuanya digiring di padang terbuka seperti di Arafah ini. Bedanya, di sini masih ada tenda dan naungan-naungan lain; di sana kelak, tidak. Masing-masing orang akan dimintai pertanggungjawaban atas amal perbuatannya selama hidup di dunia."

Aku berhenti, karena kudengar ada isak tangis yang semakin lama semakin mengeras. Ternyata tangis Mbok Yem di pangkuan Mbah Joyo yang juga terlihat berkaca-kaca kedua matanya. Seisi kemah pun terdiam. Sampai datang seorang petugas kloter menyuruh semuanya bersiap-siap untuk acara salat bersama --Dhuhur dan Asar-- dan melanjutkan ritual wukuf dengan berdzikir dan berdoa.

Aku perhatikan, sejak selesai acara salat dan berdoa bersama, hingga akhirnya masing-masing berdzikir dan berdoa sendiri-sendiri, Mbok Yem dan Mbah Joyo terus menangis dan hanya mengulang-ulang astaghfirullah, astaghfirullah... Memohon ampun kepada Allah. Tak terdengar kedua sejoli tua ini berdzikir atau berdoa yang lain.

***

Malam ketika arus air bah kendaraan dan manusia mengalir dari Arafah ke Muzdalifah dan Mina, di atas bus kami sendiri, hanya terdengar talbiyah dan takbir. Kecuali sepasang mulut yang masih terus beristighfar. Mulut Mbok Yem dan Mbah Joyo.

Menjelang dini hari kami sampai wilayah Muzdalifah. Dari kejauhan, kerlap-kerlip lampu tampak semakin memperindah panorama Masy’aril Haram. Bus kami berhenti dan rombongan berhamburan turun dalam gelap, mencari batu-batu kerikil untuk melempar Jamrah. Ibu aku minta tetap di bus, aku dan adikku saja yang turun. Yang lain ternyata turun semua. Beberapa di antaranya ada yang sudah siap dengan lampu senter kecil dan kantong kain tempat batu-batu kerikil. Di sana-sini terlihat beberapa kendaraan juga sedang parkir, menunggu para penumpangnya mencari kerikil.

"Jangan jauh-jauh!" terdengar suara ketua rombongan memperingatkan. Orang-orang tidak mau mendengarkan. Bukan karena apa-apa. Mereka sudah telanjur tidak simpati kepada petugas yang menurut mereka hanya pandai bicara saja. Tak pernah ngurus jamaah. Menemui jamaah hanya kalau mau menarik pungutan ini-itu yang tidak jelas peruntukannya.

Tapi ketika sudah cukup lama dan masih banyak yang ke sana-kemari, aku dan beberapa orang yang sudah dari tadi selesai mencari kerikil, ikut membantu ketua rombongan meneriaki dan bertepuk-tepuk tangan; memperingatkan mereka agar segera naik kendaraan. Apalagi sopir bus --orang Mesir-- sudah ngomel-ngomel terus sambil naik-turun bus, tidak sabar. Apalagi kendaraan-kendaraan yang lain pun sudah cabut bersama para penumpangnya menuju Mina.

Mereka akhirnya kembali juga naik bus, meski ada di antara mereka yang sambil menggerutu, "Sopir kok didengerin. Ini kan ibadah. Di sini aturannya kita kan menginap. Mengapa buru-buru?"

"Sudahlah, mungkin si sopir mempertimbangkan padatnya lalu-lintas, takut terlambat sampai Mina," aku mencoba menyabarkan si penggerutu. "Lagi pula kita kan di sini sudah melewati jam 12. Jadi sudah terhitung menginap."

Tiba-tiba, ketika ketua rombongan baru mengabsen dan menghitung jamaah, terdengar Mbok Yem teriak histeris, "Mbah Joyo! Mana Mbah Joyoku?!" Seketika semuanya baru menyadari bahwa Mbah Joyo belum kembali. Mbok Yem meloncat turun dari bus sambil terus menangis dan menjerit-jerit memanggil-manggil suaminya. Hampir seisi bus ikut turun. Ibu dan adikku mengikutiku mengejar Mbok Yem, mencoba menenangkannya.

"Tenanglah, Mbok Yem," bujuk ibuku sambil merangkul perempuan tua itu. "Mbah Joyo tidak ke mana-mana. Kita pasti akan menemukannya."

"Iya, Mbok," adikku ikutan membujuk. "Kalau pun Mbah Joyo kesasar, di sini ada petugas khusus yang ahli menemukan orang kesasar. Percayalah."

"Ya, Mbok, kalau memang betul-betul kesasar, saya nanti yang akan menghubungi polisi atau petugas yang lain," aku menimpali. "Mbah Joyo pasti kembali bersama kita lagi."

Aku sendiri dan mungkin juga ibu dan adikku tidak begitu yakin dengan apa yang kami katakan. Namun alhamdulillah, meski masih terisak dan bicara sendiri, Mbok Yem bisa agak tenang. "Mbah Joyo itu penyelamatku!" desisnya berkali-kali.

Kepala rombongan dan beberapa orang lelaki, termasuk sopir, yang mencoba mencari sampai di luar area tempat mereka tadi mencari kerikil, sudah kembali tanpa hasil. Ada yang menduga Mbah Joyo mungkin kesasar naik kendaraan lain yang diparkir di dekat mereka. Kita berunding dan sepakat akan meneruskan perjalanan sambil mencari. Semua kembali naik bus. Mbok Yem yang dibimbing ibu dan adikku, sebentar-sebentar masih menoleh ke arah padang gelap Muzdalifah. Ibu mengawani duduk dan masih terus merangkul sahabat tuanya yang kini diam saja itu.

***

Subuh, kami baru sampai Mina. Semuanya terlihat letih, lebih-lebih Mbok Yem. Untung, tidak lama mencari, kami telah sampai kemah maktab kami. Dan, begitu masuk kemah, bukan main terkejut kami. Kami melihat Mbah Joyo sedang duduk bersila menyantap buah anggur dari pinggan besar yang penuh aneka buah-buahan. (Selain anggur, ada apel, jeruk, pisang, buah pir, dll).

Mbok Yem langsung menjerit, "Mbah Joyo!" dan menghambur serta memeluk dan menciumi suaminya itu sambil menangis gembira. Mbah Joyo sendiri hanya tersenyum-senyum agak malu-malu. Sejenak yang lain masih terpaku keheranan. Baru kemudian meluncur hampir serempak, "Alhamdulillaaaah!"

Semuanya kemudian merubung Mbah Joyo yang masih terus dipeluk, dielus, dan diciumi Mbok Yem. Semuanya gembira.

"Sudah dulu, Mbok Yem," tegur ketua rombongan, "nanti dilanjutkan kangen-kangenannya. Biarlah Mbah Joyo bercerita dulu." Kemudian kepada Mbah Joyo, "Mbah Joyo, Sampeyan ke mana saja semalam?"

"Iya, Mbah," sela yang lain, "Sampeyan salah masuk bus ya?!"

"Kok tahu-tahu Mbah Joyo sudah sampai di sini ini ceritanya bagaimana?" tanya yang lain lagi.

"Mbah Joyo sudah melempar jumrah ’aqabah?"

Mbah Joyo mengangguk sambil tersenyum. "Lihat, kan saya sudah pakai piyama!" Kemudian bercerita seperti sedang menceritakan sebuah dongeng.

"Saya tidak kesasar dan tidak salah naik bus. Saya bertemu dengan seorang muda yang gagah dan ganteng dan diajak naik kendaraannya yang bagus sekali. Saya bilang bahwa saya bersama rombongan kawan dan istri saya. Dia bilang sudah tahu dan meyakinkan saya bahwa nanti saya akan ketemu juga di Mina. Bapak sudah tua, katanya, nanti capek kalau naik bus. Akhirnya saya ikut. Sampai Mina saya dibawa kemari, disuruh istirahat sebentar. Saya tertidur entah berapa lama. Tahu-tahu menjelang subuh saya dibangunkan dan diajak melempar jumrah ’aqabah. Setelah itu saya diantar kemari lagi. Sambil meninggalkan buah-buahan ini, dia pamit dan katanya sebentar lagi kalian akan datang. Dan ternyata dia benar."

"Dia itu siapa, Mbah? Orang mana?"

"Wah iya. Saya lupa menanyakannya. Soalnya begitu ketemu dia itu langsung akrab. Jadi saya kemudian sungkan dan akhirnya, sampai dia pergi, saya lupa menanyakan nama dan asalnya."

"Ajaib!"

***

Sesudah selesai melempar jumrah ’aqabah, rupanya jamaah sudah tak tahan lagi. Mereka bergelimpangan melepas lelah. Dan tak lama terdengar suara ngorok dari sana-sini. Kulihat Mbok Yem sendiri yang tampak masih segar dan ceria. Dia malah bercerita sambil memijit kaki ibuku. "Mumpung Mbah Joyo tidur," katanya. Sementara aku dan adikku ikut mendengarkan sambil tiduran. Namun tersentuh cerita Mbok Yem, tak terasa kami berdua akhirnya terduduk juga.

Rupanya Mbok Yem yakin apa yang dialami Mbah Joyo itu merupakan anugerah Allah yang ada kaitannya dengan amal perbuatannya. Dia menceritakan mengapa dia sampai histeris ketika Mbah Joyo hilang di Muzdalifah. Mbok Yem ternyata dulunya adalah WTS --sekarang "diperhalus" istilahnya menjadi Pekerja Seks Komersial-- dan Mbah Joyo adalah "langganan"-nya yang dengan sabar membuatnya sadar, mengentasnya dari kehidupan mesum itu, dan mengawininya. Lalu Mbok Yem dan Mbah Joyo memulai kehidupan yang sama sekali baru. Di samping mendampingi Mbah Joyo bertani, Mbok Yem berjualan pecel, kemudian meningkat dengan membuka warung makan kecil-kecilan. Dan sebagian dari hasil pekerjaan mereka itu, mereka tabung sedikit demi sedikit. Bahkan mereka rela hidup tirakat, demi mencapai cita-cita mereka: naik haji. Mereka mempunyai keyakinan bahwa dosa-dosa mereka hanya bisa benar-benar diampuni, apabila beristighfar di tanah suci, di Masjidil Haram, di Arafah, di Muzdalifah, dan di Mina. Seperti kata pak kiai di kampungnya, haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali surga. Ternyata baru setelah setua itu, uang yang mereka tabung cukup untuk ongkos naik haji.

"Alhamdulillah, Mbah Joyo tidak benar-benar hilang," kata Mbok Yem mengakhiri ceritanya. "Sehingga kami berdua masih berkesempatan menyempurnakan ibadah haji kami. Semoga Allah memudahkan. Setelah selesai nanti, kami ikhlas, kalau Yang Maha Agung hendak memanggil kami kapan saja. Syukur di sini, di tanah suci ini."

Mbok Yem mengusap airmatanya, airmata bahagia, baru kemudian pelan-pelan dibaringkan tubuhnya di sisi ibuku.

***

Rembang, 1423/2002

Catatan: sumber : Harian "JAWA POS" tanggal 27 April 2003 (yang dikutip dari website: www.wanita-muslimah.com. dikutip oleh Ade Anita)


kafemuslimah.com